May 4, 2025

Artikelbola

Berita Bola Paling Update di Indonesia Terpopuler

Keserakahan Liga Primer Atas Harga Tiket

5 min read

Keserakahan Liga Primer Atas Harga Tiket – Harga tiket Liga Primer naik 6 sampai 7​​persen, bagi angka yang diberikan kepada Independent oleh Asosiasi Pendukung Sepak Bola dan analisis bonus, dengan Crystal Palace jadi salah satunya dari 17 klub yang bertahan masa kemudian yang tidak menaikkan harga tiket.

Ini merupakan kenyataan yang memperparah emosi khas yang timbul di akhir minggu tahun ini. Tidak banyak kegembiraan untuk para penggemar semacam kembalinya mereka ke stadion sehabis liburan masa panas, dengan cuaca yang baik cuma menghangatkan semangat optimisme dari begitu banyak pemain baru. Tetapi, para penggemar saat ini merasakan emosi yang sangat berbeda selaku akibat dari pemain baru tersebut.

Itu sebab tidak sempat terdapat bayaran semacam akhir minggu ini. Banyak klub secara langsung mengutip” penuhi permintaan buat pengeluaran pemain” selaku pembenaran buat menaikkan harga tiket. Itu berarti, bisa jadi lebih dari semata- mata merasakan kegembiraan para pemain itu, para penggemar sudah merasakan tekanan. Mereka mempunyai lebih sedikit duit.

Sebagian wajib menyudahi berangkat sama sekali. Pendukung senior, penggemar yang lebih muda, serta mereka yang umumnya penuhi ketentuan buat konsesi sangat merasakannya, di tengah perpindahan yang lebih luas. Kelompok pendukung takut kalau konsesi secara bertahap dikondisikan keluar dari Liga Premier di tengah dorongan yang lebih luas buat kenaikan pemasukan. Sebagian apalagi bingung apakah tiket musiman pada kesimpulannya hendak lenyap dalam jangka panjang.

Bahasa Indonesia: Bila itu terdengar ekstrem, selaku salah satu isu utama merambah masa baru, Kamu cuma butuh memikirkan seberapa banyak yang sudah berganti dalam 4 tahun terakhir. FSA secara spesial sudah mencatat pergantian ekstrem dari gimana penggemar dibicarakan di tengah pintu tertutup pandemi serta Liga Luar biasa Eropa sampai peningkatan ini saat ini.

Ini sudah berganti dari” sepak bola tanpa penggemar tidaklah apa- apa” jadi sepak bola yang mau memeras seluruh mungkin dari mereka. Angka- angka yang bertambah semacam itu– serta harga tiket musiman sebesar£3. 000 di Fulham– terus menjadi berarti melawan kemegahan yang tiba dengan masa Liga Premier baru, sembari memunculkan persoalan tentang apa kompetisi itu saat ini.

Terdapat contoh dari tiap klub, di tiap jenis tiket, tercantum Palace mengingat para pendukung memprotes rencana buat menghapus tiket diskon buat pekerja negeri pada bulan April. Rincian tentang kemampuan penghapusan konsesi pada dikala itu bawa kemarahan di Arsenal, Tottenham Hotspur serta Wolves. Sedangkan terdapat barisan balik di Molineux serta Arsenal, kampanye Save Our Seniors di Spurs menggambarkan proposal tersebut selaku” tidak etis serta tidak butuh”.

West Ham United, yang dikala ini melihat kritik pendukung sangat keras dari kelompok Hammers United, tidak mempunyai harga kanak- kanak buat pertandingan kandang awal melawan Manchester City. Apalagi di luar stadion, City sudah dituduh” keserakahan industri” oleh Asosiasi Pendukung Disabilitas MCFC atas bayaran baru buat tempat parkir penyandang cacat pada hari pertandingan.

Dalam pertemuan tersebut, para juara berupaya membetulkan bayaran tersebut dengan” menunjuk pada kenyataan kalau lebih dari separuh klub Liga Primer telah menggunakan bayaran parkir kepada penggemar penyandang disabilitas”. Ini merupakan tema universal sebab nyaris tiap upaya oleh kelompok pendukung buat menolak peningkatan bayaran senantiasa membuat klub- klub mengemukakan rangkaian logika yang sama. Mereka butuh menyerupai pengeluaran pesaing, namun ketentuan laba serta keberlanjutan membutuhkan pemecahan yang lebih ekstrem, yang memerlukan lebih banyak pemasukan dari hari pertandingan.

Seseorang perwakilan menolak keras gimana sebagian klub” dengan bodohnya membalas dengan menanyakan gimana mereka hendak mengumpulkan duit bila mereka tidak menaikkan harga”. Kepala eksekutif Liga Primer Richard Masters menggemakan tema ini pada hari Rabu, dengan melaporkan gimana klub- klub” bersaing satu sama lain”. Ia menampilkan peringatan kalau mereka mempunyai peraturan seputar tiket, serta harga rata- rata” masih£36, 80″.

Tetapi, apakah ini betul- betul menolong” persaingan”? Buat memakai Fulham selaku salah satu contoh, pemasukan kumulatif dari peningkatan harga tiket sebesar 18 persen di 3 tribun lama Craven Cottage lebih kecil daripada selisih pembayaran hadiah duit.

Seperti itu sebabnya rangkaian logika itu cumalah logika melingkar, yang tidak masuk ide di tengah kekayaan Liga Primer yang luar biasa. Klub- klub memeras pendukung mereka dengan jumlah yang tidak berarti dalam sepak bola elit, cuma buat menghabiskan lebih banyak duit buat pendapatan pemain, sementara itu mereka telah membayar£2 miliyar lebih banyak daripada liga Eropa yang lain. Hasil dari perihal ini merupakan liga senantiasa semacam saat ini, dengan posisi yang tergantung pada tagihan pendapatan.

Seluruh itu ialah salah satu riset permasalahan ekonomi makro yang absurd, di mana duit dalam jumlah besar mendesak irasionalitas yang entah gimana bisa bertahan. Kebalikannya, terus menjadi banyak duit buat penyiaran malah menimbulkan peningkatan harga tiket alih- alih menurunkannya.

Semacam halnya banyak perihal dalam sepak bola modern, pengejaran keuntungan bisa menggerogoti apa yang awal mulanya membuat game tersebut menguntungkan. Perihal ini kurangi keaslian serta suasana tempat sepak bola menjual dirinya sendiri. Serta seluruh ini demi peningkatan yang nyaris tidak bisa menutupi bayaran penjaga gawang cadangan. Klub- klub bisa secara kolektif setuju buat memutus siklus ini.

Oleh sebab itu, banyak perwakilan penggemar bingung apakah terdapat kalkulasi jangka panjang yang lebih besar buat perihal ini. Asumsi lain dari klub dalam dialog merupakan kalau” permintaan tiket sekunder menampilkan orang hendak membayar lebih banyak- jadi kenapa mereka tidak diuntungkan”?

Senada dengan itu, owner kapitalis AS memandang sepak bola Liga Primer serta yakin harga tiket sangat diremehkan. Terlebih mengingat skala internasionalnya yang sangat besar, serta betapa kontrasnya dengan kegiatan yang menciptakan duit semacam pertandingan NBA serta NFL.

Seperti itu sebabnya terdapat kecurigaan yang tumbuh kalau, alih- alih pemegang tiket musiman, sebagian owner lebih suka menjual tiket sekali gunakan dengan harga yang jauh lebih besar. Liga Primer sudah jadi ajang wisata internasional, sama semacam Barcelona satu dekade kemudian.

Pembeli tiket semacam itu pada gilirannya hendak lebih cenderung menghabiskan lebih banyak duit di toko- toko klub. Masters langsung menolak alasan semacam itu, namun banyak perwakilan pendukung masih memandang seluruh ini selaku dini dari pergantian yang lebih besar.

Pendukung West Ham Richard Bridge apalagi menggambarkannya selaku” pembersihan sosial sepak bola Liga Primer dalam keadaan terburuk, serta gentrifikasi dalam keadaan terbaik”.

Bisa jadi di situlah ada persimpangan antara bermacam kepentingan yang sudah membeli game tersebut, serta kenapa ini sesungguhnya ialah cerita di luar isu inti yang krusial tentang bayaran tiap hari untuk penggemar tiap hari. Baik owner kapitalis ataupun negeri pada dasarnya mau mengganti klub jadi kendaraan internasional, terlepas dari komunitas mereka, namun senantiasa mempertaruhkan bukti diri tersebut. Owner kapitalis mau melaksanakannya buat menciptakan duit sebanyak bisa jadi. Owner negeri mau melaksanakannya buat pengaruh internasional.

Begitulah permasalahan ini merangsang persoalan yang lebih luas tentang ke mana arah sepak bola modern, sebab terdapat bahaya membiarkan institusi komunitas ini begitu saja selaku kulit luar yang mengilap. Generasi penggemar lokal, yang pada kesimpulannya sepatutnya diwakili oleh klub, dapat jadi tidak sanggup lagi.

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.