Para Miliarder Asia Tenggara Ini Punya Klub Eropa
5 min read
Para Miliarder Asia Tenggara Ini Punya Klub Eropa – Tidak cuma orang- orang dari Timur Tengah, nyatanya terdapat para miliarder asal Asia Tenggara yang pula memiliki klub- klub sepak bola. Apalagi sebagian klub tersebut ialah klub top. Juga tidak hanya di Eropa terdapat dari mereka yang memiliki klub top di luar Eropa.
Sebagian dari mereka memperoleh respons negatif dari para fans sebab aksi- aksi ajaib yang dikerjakannya. Tetapi tidak sedikit pula yang sangat dicintai, baik oleh fans ataupun oleh warga di dekat klubnya. Lalu, siapa para miliarder tersebut?
Vincent Tan
Dia populer selaku owner Cardiff City. Tidak hanya Cardiff City, pengusaha asal Malaysia itu pula ialah owner klub asal Bosnia- Herzegovina, FK Sarajevo, serta rival LA Galaxy, LAFC.
Nama Vincent Tan melambung besar gara- gara ulahnya mengacak- acak Cardiff City. Dia tiba ke Cardiff semenjak 2010. Di dasar rezimnya, Cardiff City sesungguhnya pernah merasakan promosi ke Premier League. Tetapi, kegilaannya mengganti bukti diri Cardiff City membuat dirinya sangat dibenci oleh para fans. Ini jadi ketentuan buat apabila Cardiff ingin menemukan 100 juta pounds( Rp 2 triliun) bonus dari investasinya.
Seenak jidat laki- laki kelahiran 1952 tersebut mengganti warna jersey Cardiff City dari biru jadi merah. Tidak lumayan itu saja, logo klub juga digantinya dari burung jadi naga. Dia berkilah, pergantian yang dikerjakannya bertujuan buat menaikkan branding klub di mata internasional.
Alibi tersebut jelas membuat para fans geram. Seseorang asing bisa- bisanya mengganti suatu tradisi cuma sebab ia memiliki duit. Kesimpulannya, Vincent Tan juga menyerah. Warna serta logo yang diubahnya pada tahun 2012, dikembalikan semacam sedia kala pada 2015.
Vincent Tan jadi owner FK Sarajevo semenjak 2013. Di situ dia lumayan diterima. Karena, dirinya berkontribusi membangun perguruan serta pengembangan pemain muda. Apalagi, Vincent Tan pula turut menolong bencana banjir yang terjalin di situ pada tahun 2014.
Pada tahun 2014, Vincent Tan pula masuk ke LAFC, klub yang pula didirikan di tahun tersebut. Dia menginvestasikan dekat 700 juta USD( Rp 10, 4 triliun) uangnya buat klub ini. Kepemilikannya pada LAFC ini jugalah yang nyatanya membuat Gareth Bale dapat bergabung ke situ. Awal mulanya, Vincent Tan menawar Bale buat bergabung dengan Cardiff City, tetapi Bale lebih tertarik bila dirinya bergabung ke klub milik Vincent Tan yang lain, ialah LAFC.
Sesungguhnya, Vincent Tan pula mempunyai klub di Belgia, ialah KV Kortrijk. Tetapi, semacam yang diwartakan oleh Vocket FC, dirinya melepas klub tersebut ke pengusaha bernama Maciek Kaminski pada 2023. Lebih dahulu, Vincent Tan turut andil dalam perekrutan bakat muda Harimau Malaya, Luqman Hakim, ke klub tersebut.
Peter Lim
Tidak hanya Vincent Tan yang kontroversial, pula terdapat miliarder asal Singapore, Peter Lim. Dia merupakan owner klub yang bermarkas di Mestalla, Valencia. Dia mengakuisisi Valencia semenjak akhir 2014. Peter Lim dikira selaku pangkal dari turunnya prestasi Los Che. Walaupun pada 2015 saja, dia telah menggelontorkan 100 juta euro( Rp 1, 7 triliun) ke Mestalla.
Semenjak 2015/ 16, performa Valencia cenderung menyusut. Regu yang lebih dahulu tidak berubah- ubah jadi pejuang zona Eropa malah kerap terseok- seok di papan tengah. Apalagi pada masa 2022/ 23, Kelelawar Mestalla nyaris terdegradasi.
Kebijakannya juga cenderung ngawur. Dirinya sempat menunjuk mantan pemain semacam Gary Neville serta Gennaro Gattuso selaku pelatih Valencia, yang mana mereka belum betul- betul terbukti. Juga dari kebijakan transfer, dia malah membiarkan pemain potensial semacam Ferran Torres serta Goncalo Guedes berangkat.
Seluruh kekacauan yang dikerjakannya tersebut jelas membuat para fans murka. Peter Lim didemo besar- besaran. Mereka membentangkan spanduk“ Lim Go Home” serta menuntut Peter Lim menjual klub kesayangannya supaya lekas cabut dari Mestalla.
Dejphon Chansiri
Dejphon Chansiri merupakan miliarder asal Thailand yang jadi owner dari Sheffield Wednesday. Pengusaha santapan kaleng tersebut mengakuisisi salah satu klub sepuh Inggris tersebut pada tahun 2017. Targetnya dikala mengakuisisi merupakan bawa rival berat Sheffield United tersebut ke Premier League. Masyarakat Thailand tersebut membeli klub sepuh ini cuma dengan harga 37, 5 juta pounds( Rp 763 miliyar).
Realitasnya semenjak akuisisi Dejphon, Sheffield Wednesday belum kesampaian masuk ke Premier League. Malahan, mereka sebagian kali dipecundangi oleh si rival yang jadi klub yoyo Premier League, Sheffield United.
Fans Sheffield Wednesday menyangka Dejphon selaku seseorang yang keras kepala. Pada September 2023, BBC memberitakan kalau Dejphon hendak menyudahi berikan duit bonus ke klub. Sebabnya dia tidak suka dengan perlakuan fans. Terkini, pada April 2024, videonya mendesak seseorang fans jadi viral serta menaikkan kebencian para fans kepadanya.
Aiyawatt Srivaddhanaprabha
Dia sangat dicintai para fans The Foxes. Karena, dia tidak memandang para fans selaku mesin duit belaka alih- alih dia menjadikan fans selaku mitra.
Dirinya pernah sebagian kali nampak turun ke lapangan menyapa fans, misalnya pada final FA Cup 2021. Sepanjang memegang peninggalan si bapak, Aiyawatt relatif tidak menemukan banyak perlawanan dari fans. Walaupun Leicester City pernah terdegradasi serta kesimpulannya naik lagi ke Premier League. Dulu, si bapak membeli klub ini dengan harga 39 juta pounds( Rp 793, 5 miliyar) pada 2010.
Erick Thohir
Mantan pemilik FC Internazionale, Erick Thohir, saat ini jadi owner Oxford United. Dirinya bersama Anindya Bakrie efisien mengambil tanggung jawab asal klub berlogo banteng tersebut semenjak 19 September 2022.
Masa 2023/ 24, mereka kesimpulannya menemukan promosi ke Championship. Suatu berita gembira yang dinanti para fans. Saat ini, mereka hendak bermain di Championship, kasta kedua Liga Inggris. Maksudnya, asa si owner buat dapat bawa klubnya naik ke liga terbaik sejagat selangkah lagi jadi realitas.
Walaupun tidak disebutkan berapa harga tentu yang dikeluarkan buat membeli klub ini, mereka berdua merupakan pemegang 51% saham Oxford United.
Hartono Bersaudara
Hartono Bersaudara merupakan konglomerat yang masa 2024/ 25 menggemparkan sepak bola Eropa. Mereka berdua sukses mentransformasi klub asal Italia, Como 1907, sampai sukses kembali ke Serie A. Bambang serta Budi Hartono membeli klub yang bermarkas di dekat danau tersebut pada tahun 2019 dengan harga dekat 850 ribu euro( Rp 14, 6 miliyar) saja.
Secara lama- lama mereka berdua merenovasi Como. Tidak cuma secara klub, tetapi pula secara sosial warga. Mereka mengajak warga buat menyaksikan ke stadion serta sesekali berikan kanak- kanak kecil jersey serta tiket free. Lama- lama, sokongan warga kepada klub jadi bertambah sehingga moral para pemain pula naik.
Bersama Cesc Fabregas, klub yang dipunyai oleh pemilik BCA tersebut kesimpulannya memperoleh promosi pada masa 2023/ 24. Saat ini, mereka kembali ke Serie A serta lagi berupaya bertahan, supaya lama- lama mereka dapat mengumpulkan kekuatan serta dapat berdialog sampai tingkat Eropa.
Santini Group
Walaupun mereka cuma berperan selaku pemegang saham minoritas, mereka senantiasa masuk ke jajaran direksi klub. Tidak disebutkan secara tentu pula berapa duit yang mereka gelontorkan.
Tranmere Rovers sendiri ialah klub yang banyak berkutat di League Two. Walaupun begitu, mereka diketahui selaku klub yang sangat toleran. Tiap hari raya, baik Idulfitri serta Iduladha, klub ini mempersilakan stadionnya digunakan buat beribadah masyarakat Muslim yang terdapat di dekat Birkenhead.