Tajir Melintir, Kenapa PSG Malah Ngutang ke Kylian Mbappe
5 min read
Tajir Melintir, Kenapa PSG Malah Ngutang ke Kylian Mbappe – Kylian Mbappe sudah mencetak berhasil debut serta mencapai trofi Eropa awal dalam karirnya. Tetapi di balik kehidupan yang terasa indah itu, nyatanya masih menyisakan permasalahan yang belum usai. Paling utama permasalahan yang berkaitan dengan mantan klubnya, Paris Saint- Germain.
Baru- baru ini, Mbappe wajib kembali berurusan dengan si mantan soal pembayaran pendapatan. Lho, lho, lho. Tidak salah denger nih? Yap, PSG dilaporkan masih menunggak pendapatan Mbappe sepanjang 3 bulan terakhir di masa 2023/ 24 usai si pemain memutuskan pindah ke Real Madrid secara cuma- cuma dini masa ini.
Permasalahan ini terdengar menggelikan, mengingat PSG ialah salah satu klub terkaya di dunia. Cadangan dananya di Qatar tidak main- main. Bila begitu, kenapa perihal ini hingga terjalin?
Mbappe Menuntut PSG
Cerminan lebih besarnya, penyerang berkebangsaan Prancis itu dilaporkan sudah mengajukan gugatan ke komisi hukum Ligue de Football Professionnelle ataupun LFP buat menuntaskan perselisihan keuangan dengan Paris Saint- Germain. Isi dari tuntutan itu berkata kalau PSG masih berhutang kepadanya sebesar 55 juta euro( Rp 949 miliyar).
Semacam yang diwartakan France24, angka tersebut dipecah jadi sebagian bagian, tercantum pendapatan serta bonus ciri tangan kontrak. Bagi laporan yang sama, pendapatan yang belum dibayarkan merupakan pendapatan sepanjang 3 bulan terakhir masa kerja Mbappe di PSG. Sedangkan bonus ciri tangan kontrak sepatutnya telah lunas semenjak Februari kemudian. Tetapi PSG masih menunggak sebesar 36 juta euro( Rp 621 miliyar).
Walaupun telah menjalakan komunikasi dengan Real Madrid semenjak dini Januari, Mbappe masih melindungi komitmen serta profesionalitasnya sepanjang di PSG. Di lain pihak, klub yang bermarkas di Parc des Princes itu berkomentar kalau menahan gajinya merupakan aksi yang bisa dibenarkan.
Permasalahan yang Aneh
Ini jadi permasalahan yang lumayan aneh. Mengingat sepanjang ini PSG diketahui selaku klub yang senantiasa jor- joran dalam menghasilkan duit. Apalagi PSG mampu mengganggu harga pemain di bursa transfer dengan mendatangkan Neymar yang kala itu dibanderol 222 juta euro oleh Barcelona. Angka segitu dinilai sangat edan bila buat mendatangkan satu pemain. Tetapi namanya pula PSG. Cadangan dana mereka sangat melimpah.
Tetapi, dalam permasalahan ini mengapa PSG tidak ingin menghasilkan 55 juta euro? Sementara itu itu sangat kecil, bisa jadi hanya setara dengan duit jajanan bulanan Nasser El- Khelaifi di Paris. Usut memiliki usut ini bukan soal berapa jumlah nominal yang wajib dibayarkan. Tetapi, tentang komitmen serta profesionalitas yang lagi dijunjung besar oleh PSG.
Sehabis 7 tahun di PSG, Kylian Mbappe pindah ke Real Madrid dengan free masa panas ini. Tetapi, perbandingan komentar seputar kepergiannya membuat Mbappe wajib berhadapan dengan manajemen PSG serta pemegang saham utama Qatar Sports Investments. PSG pula menarangkan dikala ini perundingan lagi berlangsung dengan Mbappe serta perwakilannya.
Nyatanya Ini Merupakan Kesepakatan
Mungkinkah PSG sakit hati sebab Mbappe memilah pindah ke Real Madrid sehingga butuh menahan gajinya? Pasti tidak sesederhana itu. Semacam yang telah di informasikan, PSG cuma mau menjunjung besar profesionalitas antara kedua belah pihak. Sebab manajemen klub merasa terdapat perjanjian yang sudah disepakati dengan Mbappe.
Usut memiliki usut, konvensi itu terbentuk pada masa panas 2023. Dalam kontrak terkini yang disepakati pada tahun 2022, terdapat klausul yang berbunyi kalau Mbappe mempunyai opsi perpanjangan kontrak sepanjang satu masa kala kontraknya habis pada akhir masa 2023/ 24. Tetapi, klausul ini tidak bertabiat harus. Klausul hendak aktif cuma bila Mbappe ingin.
Nah, pada masa panas tahun 2023 PSG menemukan jawaban yang tidak di idamkan. Mantan pemain AS Monaco itu nyatanya tidak berkenan buat bertahan lebih lama lagi di Paris. Dirinya mau lekas hengkang serta mencari tantangan di luar Paris. PSG yang ketahui arah dari perilaku Mbappe ini juga mulai mengendalikan rencana baru.
Nasser Al- Khelaifi juga mengendalikan pertemuan spesial dengan Mbappe. Laki- laki kelahiran Qatar itu membicarakan perjanjian bonus dengan Mbappe. Dalam perjanjian yang diucap“ konvensi prinsip” itu, Nasser memohon Mbappe buat membagikan kompensasi finansial kepada klub bila pada kesimpulannya betul- betul berangkat secara free pada akhir masa 2023/ 24.
Dalam konvensi itu pula mencakup sebagian skenario lain, tercantum Mbappe yang wajib mengabaikan bonus loyalitas yang sepatutnya diterima kala menyepakati perpanjangan kontrak satu tahun lagi. Tujuannya, bila Mbappe berangkat secara free, PSG tidak boncos- boncos banget sebab mayoritas bayar pendapatan, bonus, serta tetek bengek yang lain.
Secara Hukum Prancis
Di sisi lain, Nasser Al- Khelaifi yang mengerti betul kalau Mbappe sangat berambisi gabung Real Madrid tidak percaya jika pemainnya itu hendak penuhi komitmen yang telah disepakati. Daripada kena scam, PSG mulai menahan pendapatan serta bonus si pemain semenjak dini Februari 2024. Ibaratnya pendapatan Mbappe sepanjang 3 bulan itu yang jadi jaminan bila Mbappe tidak ingin berikan kompensasi finansial.
Namun apakah secara hukum Les Parisiens diperbolehkan buat menunggak pendapatan Kylian Mbappe? Bagi The Athletic, yang sudah berdialog dengan spesialis hukum ketenagakerjaan di Prancis, pendapatan para pekerja hukumnya harus buat dibayarkan tiap bulan. Sangat lelet hari terakhir di bulan tersebut. Hingga dari itu, apa yang dicoba oleh PSG terhadap Mbappe secara hukum tidak dibenarkan. Sebab Mbappe berstatus karyawan ataupun pekerja sepanjang berseragam PSG.
Meski terdapat rumor yang berkata kalau Mbappe telah menggapai konvensi dengan Real Madrid semenjak Januari 2024, Mbappe senantiasa berstatus karyawan di PSG sampai bertepatan pada 30 Juni 2024. Makanya Mbappe masih berhak menemukan pendapatan di bulan April, Mei, serta Juni 2024.
Di Prancis, undang- undang ketenagakerjaan menawarkan proteksi kepada karyawan, yang dikira selaku‘ pihak yang lebih lemah’ dalam ikatan mereka dengan pemberi kerja. Dengan bawah itu Kylian Mbappe yang ditemani bunda serta kuasa hukumnya berani melayangkan tuntutan.
Blundernya PSG,“ konvensi prinsip” yang telah disepakati dengan Mbappe tidak dilaporkan selaku pembaruan konvensi kerja. Dengan begitu, konvensi yang mewajibkan Mbappe membayar kompensasi finansial cuma dikira selaku perjanjian lisan, bukan tertulis. Sebaliknya di Prancis, konvensi lisan tidak mempunyai kekuatan hukum yang kokoh.
Tidak hanya itu, Undang- Undang Ketenagakerjaan Prancis pula melarang pemberi kerja buat membebankan ataupun berikan sanksi finansial kepada karyawannya. Di Prancis, terencana menunggak pendapatan karyawan masuk dalam jenis pelanggaran berat. Itu membuat Kylian Mbappe yang berperan selaku pekerja perannya lebih unggul di mata hukum Prancis.
PSG Terancam Sanksi
Membayarkan kekurangan pendapatan Kylian Mbappe sesungguhnya jadi jalur yang sangat gampang buat ditempuh oleh PSG. Tetapi belum jelas, PSG hendak melunasi hutangnya pada Mbappe apa tidak. Kabarnya, Les Parisiens masih ingin memperjuangkan haknya. Jika tidak terdapat yang ingin ngalah, masalah ini dapat dibawa ke majelis hukum ketenagakerjaan Prancis.
Proses ini jelas hendak lebih rumit. Pertarungan di majelis hukum hendak berlangsung terbuka, perlu waktu lama buat dituntaskan. Terlebih ikut serta urusan hukum pastinya bisa mengganggu reputasi kedua belah pihak. Tetapi gimana bila PSG teruji bersalah dalam permasalahan ini?
Tidak hanya itu, mantan klub dari Lionel Messi ini pula dapat terancam kehabisan lisensi bila UEFA pula melaporkan mereka bersalah dalam permasalahan ini. Tidak nyangka ya, pertemuan keduanya wajib terjalin lebih dahulu di majelis hukum, bukan di pertandingan UCL.