May 4, 2025

Artikelbola

Berita Bola Paling Update di Indonesia Terpopuler

Rafael Struick Mau Gabung Brisbane Roar, Klubnya Keren Gini

4 min read

Rafael Struick Mau Gabung Brisbane Roar, Klubnya Keren Gini – Lagi santai menikmati libur Maulid Nabi, jagad media sosial Indonesia malah digegerkan oleh berita kepindahan Rafael Struick ke klub Australia, Brisbane Roar. Kabar ini jelas mengejutkan sebab lebih dahulu tidak terdapat isyarat kalau pemain yang mempunyai julukan El Klemer itu mau pindah dari ADO Den Haag.

Itu berarti Rafa cuma hendak bermain di Australia sampai tahun 2025 mendatang. Tetapi dari sekian banyaknya klub di Eropa, mengapa Rafa malah memilah gabung klub Australia?

Usut memiliki usut, nyatanya Brisbane Roar bukan klub sembarangan di Australia. Mereka memiliki sejarah, prestasi, serta koneksi yang bagus.

Mengapa Brisbane?

Soal kenapa seleksi Brisbane Roar, Rafael Struick memiliki sebabnya sendiri. Dikutip CNN Indonesia, punggawa Timnas Indonesia itu menyanjung Brisbane Roar selaku klub besar.

Tetapi bila dilihat dari kacamata yang berbeda, bergabungnya Rafael Struick ke Brisbane Roar ibarat seorang yang lagi menuruni anak tangga. Walaupun Brisbane bermain di kasta paling tinggi Liga Australia, pindah dari klub sebesar ADO Den Haag pasti dikira suatu penyusutan tingkat. Terlebih El Klemer ini masih muda. Sepatutnya masih dapat bersaing di Negara Kincir Angin.

Keputusan Rafael buat hijrah ke Australia pastinya terus menjadi memantapkan konten Starting Eleven lebih dahulu yang menggambarkan tentang struggle- nya pemain- pemain generasi sehabis memutuskan buat membela Timnas Indonesia. Tetapi, kita tidak dapat sangat kilat merumuskan.

Kental Hendak Budaya Belanda

Walaupun Australia berjarak lebih dari 14. 700 km dari Belanda, Rafael Struick diprediksi tidak hendak susah buat menyesuaikan diri di Brisbane Roar. Kenapa demikian? Sebab klub yang dijuluki The Roar ini diketahui selaku klub yang mempunyai aroma Belanda yang kokoh.

Berbasis di Brisbane, Queensland, Brisbane Roar nyatanya didirikan oleh imigran asal Belanda pada tahun 1957. Tadinya, Brisbane Roar mempunyai nama selaku Hollandia- Inala terus berubah jadi Brisbane Lions, Queensland Roar, saat sebelum kesimpulannya menjelma jadi Brisbane Roar sampai saat ini.

Jersey serta logo Brisbane Roar juga senantiasa didominasi oleh warna oren seperti regu nasional Belanda. Tetapi gimana sejarahnya orang- orang Belanda dapat hijrah ke Australia?

Singkatnya, sejarah imigran Belanda yang terdapat di Australia bisa dipecah jadi sebagian bagian bersumber pada timeline waktu. Yang awal terjalin di masa penjelajahan Willem Janszoon pada tahun 1606, kemudian terjalin lagi sesaat sehabis Perang Dunia II, serta dikala berdirinya pemukiman orang Belanda pasca perang.

Reputasi

Brisbane Roar terus membangun reputasi selaku salah satu klub raksasa di Liga Australia. Semenjak bergabung ke A League, The Roar sudah memenangkan sebagian gelar bergengsi, tercantum 3 gelar A League Championship.

Tidak hanya itu, Brisbane Roar pula tercatat sempat 3 kali berpartisipasi di Liga Champions Asia. Dalam misi pengembangan pemain muda, Brisbane apalagi berkolaborasi dengan banyak klub lokal serta Eropa.

The Roar mempunyai afiliasi dengan sebagian klub lokal semacam kemitraan dengan Souths United, Coast City, Grange Thistle, Sunshine Coast Wanderers, Cairns FC, Logan Lightning FC, serta Olympic FC. Sedangkan di luar Australia, Brisbane Roar dilaporkan pula menjalakan kerjasama dalam perihal pengembangan pemain muda dengan Birmingham City, Fulham, serta AIK.

Kelompok suporter terbesarnya bernama“ The Den”. Apalagi mereka sempat mencatatkan rekor selaku klub dengan rata- rata kedatangan pemirsa sangat banyak, ialah 13. 534 pemirsa pada masa 2018/ 19.

Dipunyai Oleh Bakrie Group

Kenyataan menarik selanjutnya, Brisbane Roar nyatanya mempunyai latar balik yang sama dengan FC Como, ialah dipunyai oleh industri asal Indonesia. Bila Como dipunyai PT Djarum, Brisbane Roar dipahami oleh Bakrie Group.

Awal mulanya, Bakrie Group awal mulanya cuma membeli 70% saham klub. Namun, pada 2012 Federasi Sepakbola Australia( FFA) mengumumkan kalau Bakrie Group sudah mengakuisisi 100% kepemilikan klub A- League tersebut.

Menariknya, Bakrie Group lumayan getol melebarkan sayap di dunia berolahraga. Tidak hanya sepakbola, Bakrie Group nyatanya pula berkecimpung di dunia bola basket lewat Pelita Jaya yang didirikan.

Sempat Ditukangi Pelatih Hebat

Pelatih yang berhasil bersama Timnas Australia serta Celtic itu telah menukangi Brisbane Roar. Di masa perdananya, Ange cuma bawa The Roar finis di urutan kesembilan.

Tetapi, pertumbuhan yang signifikan dicatatkan pada 2010/ 11. Ange langsung mengerek Brisbane Roar ke puncak klasemen sampai kesimpulannya mencapai gelar juara Liga Australia buat awal kali. Hebatnya lagi, Brisbane cuma menelan satu kekalahan saja di masa 2010/ 11.

Rekor selaku klub dengan rentetan laga tidak terkalahkan terpanjang, ialah 36 pertandingan di Liga Australia. Kesuksesan juga bersinambung di masa 2011/ 12. Ange bawa Brisbane juara A- League 2 kali secara beruntun.

Tidak hanya Ange Postecoglou, Brisbane Roar pula sempat ditukangi oleh legenda Liverpool, Robbie Fowler. Sayangnya, Fowler tidak pandai dalam urusan melatih. Dirinya cuma mengetuai sepanjang 24 pertandingan serta tidak mencapai gelar apa juga.

Aroma Indonesia

Keberadaan Bakrie Group pula dikabarkan jadi salah satu alibi kenapa Rafael Struick bergabung Brisbane Roar. Tetapi, bila kamu berpikir kalau Rafa merupakan pemain Indonesia awal yang berseragam Brisbane, kamu salah besar. Sebab lebih dahulu, telah terdapat 2 pemain Indonesia yang bermain buat The Roar.

Yang awal merupakan Van Dijk. Pastinya bukan pemain yang saat ini berseragam Liverpool itu ya. Yang ini nama lengkapnya Sergio Van Dijk. Ia gundul serta berposisi selaku striker. Mantan pemain FC Emmen itu bermain di situ pada tahun 2008- 2010. 2 masa di situ, Sergio mencatatkan 27 berhasil dari 51 laga.

3 tahun setelah itu, dirinya bergabung dengan Persib Bandung. Tampak moncer sepanjang membela Maung Bandung, Sergio kesimpulannya dinaturalisasi oleh Indonesia. Yang kedua terdapat Yandi Sofyan. Berbeda dengan Sergio yang jadi andalan Brisbane Roar, Yandi hanya berseragam Brisbane Roar U- 21 pada masa 2013/ 14.

Irisan Brisbane Roar dengan Indonesia tidak menyudahi di sana. The Roar tercatat selaku klub terakhir saat sebelum kesimpulannya pelatih Timnas Indonesia itu pensiun dari karir sepakbola handal.

Bisa jadi Rafa tidak dapat menjamin 20 berhasil tiap masa. Tetapi determinasi, akselerasi, serta fleksibilitasnya di lini depan mudah- mudahan dapat menolong Brisbane kembali ke masa kejayaannya.

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.