Tetep Jago, Rahasia Negara Pecahan Yugoslavia Jago Main Bola
4 min read
Tetep Jago, Rahasia Negara Pecahan Yugoslavia Jago Main Bola – Walaupun telah terpecah belah semenjak 3 dekade kemudian, negara- negara sisa Yugoslavia senantiasa saja menelurkan banyak pemain top. Dari era Nemanja Vidic sampai Josko Gvardiol maupun Dejan Stankovic sampai Cedera Modric, mereka senantiasa saja memiliki bakat- bakat terbaik dalam sepak bola.
Yang lebih mencengangkan, cuma dalam kurun waktu yang relatif pendek semenjak perang, salah satu negeri pecahan tersebut dapat hingga ke final Piala Dunia. Edan bukan?
Budaya Berolahraga yang Mengakar
Satu perihal yang sangat menolong kemajuan sepak bola serta berolahraga secara totalitas di negara- negara sisa Yugoslavia merupakan budaya berolahraga yang telah sangat mengakar di situ. Berolahraga tidaklah suatu yang asing serta mahal di situ. Orang dapat dengan gampang menciptakan sarana berolahraga tanpa wajib sulit payah menyewa dengan harga mahal.
Ini dapat terjalin sebab di masa kemudian, dikala pemerintahan monarki sukses digulingkan oleh kekuatan sosialis- komunis, berolahraga ialah benda harus di Yugoslavia. Masyarakat negeri haruslah sehat supaya dapat turut berkontribusi dalam warga. Oleh sebab itu, pemerintah Yugoslavia yang dipandu oleh karib Soekarno, Josip Broz Tito, melaksanakan kampanye berolahraga besar- besaran.
Mereka memanglah secara tidak langsung mengenakan berolahraga selaku metode buat unjuk gigi di mata dunia. Lewat berolahraga, bendera serta lagu kebangsaan mereka dapat dikibarkan serta dinyanyikan di daerah lain. Oleh sebab itu, kompetisi berolahraga kerap diucap selaku pengganti dari perang. Ya kira- kira semacam kita orang Indonesia yang bangga kala terdapat atlet nasional yang sukses menang di kompetisi internasional.
Kemudian, apa akibat dari kampanye soal berolahraga ini? Ya jelas pembangunan sarana berolahraga di mana- mana. Tercantum pula pembuatan program pembinaan sepak bola di seluruh tingkatan umur.
Ironisnya, investasi jangka panjang ini malah baru betul- betul membuahkan hasilnya sehabis Yugoslavia bubar. Warga yang telah kadung edan berolahraga mulai naik tingkat. Dari yang awal mulanya olahraga supaya sehat, jadi olahraga selaku profesi. Banyak orang kesimpulannya tertarik jadi atlet handal. Seluruh berjalan lama- lama, tidak terdapat yang praktis, apalagi mie praktis juga wajib dimasak step by step.
Yang sangat mengesankan dari investasi jangka panjang Yugoslavia tadi merupakan kala Kroasia secara mengejutkan dapat bermain sampai final. Bayangkan saja negeri yang 2 dekade lebih dahulu masih berperang serta baru relatif normal semenjak 2006, dapat bermain di pertandingan paling tinggi dalam kancah sepak bola.
Apalagi Cedera Modric saja merasakan semacam apa rasanya hidup dalam perang. Serta salah satunya metode mereka dapat jadi jago merupakan berlatih serta menaikkan jam terbangnya. Gimana dapat jago main bola jika main bola saja tidak sempat?
Kompetisi yang Kompetitif
Buat mewadahi bakat- bakat sepak bola tadi, semenjak 1945 sudah dibangun Liga Yugoslavia. Liga ini pada masa jayanya ialah salah satu yang terbaik di Eropa. Mereka cuma lebih rendah dari Jerman Barat, Spanyol, serta Inggris. Sayangnya, koefisien mereka kian menyusut sejalan dengan keadaan negeri yang kesimpulannya bubar pada tahun 1992.
Tetapi, dari kompetisi inilah bakat- bakat terbaik lahir. Mereka kesimpulannya terbiasa bermain pada pertandingan tingkat yang besar. Tidak cuma pembangunan liga, Yugoslavia selaku negeri pula mendesak terbangunnya klub- klub baru yang bisa meresap serta meningkatkan bibit pemain.
Klub- klub semacam Crvena Zvezda, Dinamo Zagreb, sampai Partizan ialah klub yang lahir dari inisiasi Yugoslavia buat memajukan sepak bola. Sampai saat ini, klub- klub tersebut silih berubah tampak di kompetisi Eropa. Tidak cuma membangun regu baru, klub- klub lama yang mati suri juga dihidupkan lagi, misalnya Sloboda Tuzla.
Sehabis bubar, masing- masing negeri kesimpulannya memiliki liganya serta sistem pembinaannya tiap- tiap. Satu contoh yang lumayan mengesankan merupakan Serbia. Mereka ini mempunyai kompetisi sepak bola yang dibagi ke dalam 8 kasta. Ya, kamu tidak salah dengar, negeri dengan populasi lebih kecil dari Jakarta ini memiliki 8 kasta. Telah kebayangkan semacam apa kompetitifnya mereka?
Banyaknya kompetisi ini sangat bermanfaat buat pemain muda. Mereka dapat menggunakan banyaknya klub yang berlaga buat mencari jam terbang serta menaikkan pengalaman. Oleh sebab itu jangan heran bila pada 3 edisi Euro U17 terakhir, Serbia dapat tembus sampai semifinal. Sementara itu lawan- lawannya negeri kelas berat seluruh. Pemain berbakat tidaklah gas melon alias benda sangat jarang di Serbia.
Saking Banyaknya SDM, Kesimpulannya Jadi Pengekspor
Sebab negara- negara tadi edan main bola, kesimpulannya mereka memiliki banyak pemain bola. Sebab mayoritas, kesimpulannya memforsir banyak pemain wajib abroad ke luar negara supaya dapat bermain. Baik yang mereka yang jago banget, ataupun yang semata- mata jago aja. Apalagi, Serbia serta Kroasia masuk selaku 10 besar negeri pengekspor pemain bola. Keren!
Bersumber pada Insider Monkey, masa 2023/ 24 kemudian saja, Serbia duduk di posisi ke- 10, satu tingkatan di atas Belanda. Sedangkan Kroasia terletak di peringkat ke- 8. Apalagi di tahun 2019, Serbia dapat bercokol di posisi ke- 6. Kenyataan luar biasa bila mengingat jumlah penduduknya tidak lebih dari 7 juta, yang mana jauh lebih kecil dari Jakarta!
Tidak cuma 2 negeri tadi, negera- negara sisa Yugoslavia lain pula melaksanakan perihal seragam. Banyak pemain mereka yang melanglang buana ke negara yang jauh. Apalagi jika kamu sadar, di ASEAN terdapat loh 3 pemain naturalisasi dari negeri pecahan Yugoslavia. Singapore memiliki Fahrudin Mustafic dari Serbia, Malaysia memiliki Liridon Krasniqi dari Kosovo, serta kita, Indonesia, memiliki Ilija Spasojevic dari Montenegro.
Tidak cuma pemain, 2 negeri ini pula terkategori produktif mengekspor pelatih. Bagi informasi Football Observatory, pada 2020, Serbia merupakan negeri pengekspor pelatih paling banyak ketiga di dunia, di dasar Argentina serta Spanyol. Sedangkan Kroasia bersama Bosnia serta Herzegovina, duduk sejajar di posisi ke- 11.
Pada masa 2024/ 25, banyak sekali pelatih asal negeri pecahan Yugoslavia di liga- liga ASEAN. Di Indonesia terdapat Milomir Seslija serta Bojan Hodak, Malaysia terdapat Tomislav Steinbrückner serta Miroslav Kuljanac, Thailand terdapat Milos Joksic serta Srdan Trailovic, dan terdapat Aleksandar Rankovic di Singapore.
Ini nih kalo udah mayoritas pemain sama pelatih, diekspor ke luar seluruh!