Emile Smith Rowe, Terpaksa Minggat dari Rumah
5 min read
Emile Smith Rowe, Terpaksa Minggat dari Rumah – Emile Smith Rowe minggat dari rumah. Arsenal, rumah yang ditinggalinya tidak lagi berikan kenyamanan. Mulai masa yang hendak bergulir sebentar lagi, dia telah berseragam klub London yang lain, Fulham.
Duit 34 juta poundsterling( Rp703, 5 miliyar) dikeluarkan The Cottagers buat memboyong Emile Smith Rowe dari London Utara ke London bagian barat. Dia juga dinobatkan selaku pembelian termahal Fulham. Pertanyaannya, kenapa Emile Smith Rowe kesimpulannya memutuskan minggat dari rumah yang sudah membesarkannya?
Mungkinkah pemain yang berumur 24 tahun itu merupakan wujud pemain yang sama semacam pemain top yang lain, tergoda dengan mahar yang besar? Apakah bisa jadi malah ini merupakan wujud pembalasan dari Emile kepada Arsenal serta Mikel Arteta? Buat ketahui jawabannya, ayo kita membahasnya.
Kepindahan Emile ke Fulham terbilang mengejutkan. Ini tidak semacam prediksi- prediksi para pundit sepak bola. Rasanya, berangkat di masa 2024/ 25 sangat kilat untuk Smith Rowe. Pemain yang satu ini semestinya dapat bertahan lebih lama di Arsenal.
Terlebih pemain kelahiran Croydon itu produk perguruan Arsenal. Kemunculannya di regu Mikel Arteta pula manis sekali. Emile masuk di masa- masa dini rezim Arteta. Ceritanya di regu Arteta diawali pada Desember 2020. Dikala itu Arsenal nampak sangat menyedihkan.
Arsenal terpukul sehabis menempuh 7 pertandingan Premier League tanpa kemenangan. Mereka apalagi kalah atas Manchester City 4- 1 di markasnya sendiri di Carabao Cup. Keadaan semacam itu, harusnya fans ngamuk. Memukuli muka Arteta dengan perkataan kotor.
Arteta juga selamat dari mulut- mulut comberan. Nah, di tengah suasana itu, Smith Rowe timbul serta ikut mengorkestrasi kemenangan 3- 1 atas Chelsea di Boxing Day. Semenjak dikala itu The Gunners juga bangkit. Smith Rowe sendiri menawarkan kreativitas yang lebih dahulu mampat.
Betul kalau Smith Rowe bukan salah satunya kunci kebangkitan Arsenal. Tetapi, jelas dia merupakan katalisatornya. Emile Smith Rowe begitu luar biasa dengan kedudukan no“ 10” yang dia emban.
Penampilannya masa itu jadi titik balik Emile Smith Rowe. Semacam halnya Bukayo Saka yang pula produk lokal, kemunculannya membuat Arsenal tidak butuh mencemaskan masa depan. Malahan masa depan itu sendiri yang menghadiri Arsenal dalam bentuk Saka serta Smith Rowe. Emile kemudian bertambah pesat di musim- musim selanjutnya.
Dia setelah itu menemukan caps buat membela Timnas Inggris. Pujian terhadapnya juga deras mengalir. Di masa 2021/ 22, dia mencetak 10 berhasil, terletak di balik Bukayo Saka. Pada kesimpulannya Emile Smith Rowe meyakinkan kekaguman Unai Emery terhadapnya bukanlah galat. Pelatih yang mukanya mirip Loki itu mengakui mutu serta kecerdasan taktik Emile.
Arteta sendiri pula secara tidak berubah- ubah menyanjung Emile.“ Aku mencintainya selaku pemain, ia mengasyikkan ditonton,” kata Arteta dilansir Sky Sports. Di Mojok, Yamadipati Seno menulis kalau Emile Smith Rowe merupakan wujud protagonista untuk Arsenal. Dia semacam Ricardo Kaka di AC Milan. Pasti secara bentuk badan serta bangunan badannya tidak sama persis.
Tetapi, triknya jadi seseorang goal scoring midfielder sangat berarti untuk suatu regu. Pujian kepadanya masih bersinambung. Di Timnas Inggris, Jack Grealish mulai menjulukinya“ Croydon De Bruyne” ataupun“ De Bruyne dari Croydon”. Rekannya di Arsenal, Kieran Tierney apalagi memanggilnya“ Kevin”.
Mentalitas, keahlian berpikirnya di atas lapangan, serta keyakinan dirinya dikira sama, ataupun paling tidak menyamai bintang Timnas Belgia itu. Banyak analis serta ahli memprediksi kalau Emile hendak terus tumbuh. Dia apalagi diprediksi dapat jadi pemain no“ 10” terbaik yang sempat dipahat Mikel Arteta.
Tetapi, hari apes memanglah tidak terdapat di kalender. Pada September 2022, Emile Smith Rowe hadapi luka. Mengutip Transfermarkt, itu merupakan luka pangkal paha. Ini bukan kali awal Emile hadapi luka. Musim- musim lebih dahulu, dia pula sering luka. Cederanya juga macam- macam. Mulai dari luka bahu, aduktor, kepala, apalagi hamstring.
Hendak namun cederanya dikala itu dapat jadi yang sangat parah. Emile sampai- sampai dituntut menepi sepanjang sebagian bulan buat menempuh pembedahan serta pemulihan. Dia juga melupakan 21 pertandingan Arsenal.
Kedudukannya terbatas di setengah masa itu. Mengutip Sky Sports, perlombaan gelar juara dengan Manchester City disinyalir jadi pemicu kenapa Arteta tidak memberinya peluang bermain. Manajer asal Spanyol itu bisa jadi tidak ingin mengambil efek dengan memainkan Emile yang lama tidak tiba rumput.
Di titik seperti itu, kekhawatiran hendak letaknya di Arsenal timbul. Yang membuat hatinya kian teriris, Arsenal galat mengajak lawan buat title race, Walaupun Mikel Arteta tidak mengambil efek.
Nah, di masa selanjutnya, Emile berharap dapat kembali diandalkan Mikel Arteta. Tetapi, benar kata Sayyidina Ali, Yang sangat getir merupakan berharap pada manusia. Mayoritas cuma duduk di bangku cadangan serta ruang perawatan.
Yup, di masa itu, Emile luka lagi. Kali ini luka lutut. Telah berakhir? Belum. Pada paruh masa 2023/ 24, Emile Smith Rowe pula luka lagi. Kali ini engkelnya bermasalah. Kariernya di Arsenal juga cuma dapat bersinambung dari luka ke luka.
Tidak hanya luka, keberadaan pemain baru buatnya tersisih. Masuknya Declan Rice serta Kai Havertz, menyusul Fabio Vieira serta Martin Odegaard menyingkirkanya dari catatan skuad utama. Odegaard serta Rice mulai kerap dipakai si pelatih di lini tengah. Arteta nampak enggan buat merotasi lini tengah, serta tidak berikan ruang untuk pemain lain.
Revolusi taktik Arteta pula jadi mimpi kurang baik untuk Smith Rowe. Kedudukan sisi kiri yang dimainkan Emile pada masa 2021/ 22 pula menuntut kedudukan yang berbeda. Arteta mengganti formasinya dari 4- 2- 3- 1 jadi 4- 3- 3.
Bila juga senantiasa dimainkan, dengan Kerutinan Emile menyisir sisi kiri, kedudukannya bakal tumpang tindih dengan Zinchenko. Sedangkan Arteta pula telah mempunyai Gabriel Martinelli yang bukan cuma mampu mendobrak, tetapi dapat meregangkan pertahanan lawan. Pada gilirannya, ilham melepas Emile Smith Rowe juga timbul. Dia terpaksa mencari tempat lain yang dapat menampungnya.
Fulham serta Crystal Palace tiba memantaunya. Tetapi, yang awal yang sangat sungguh- sungguh. The Cottagers menawarkan 2 perihal: nilai kontrak yang besar serta menit bermain. Si pelatih, Marco Silva memilah terjun sendiri buat membujuk Smith Rowe. Bujukannya juga diterima oleh pemain 24 tahun tersebut.
Entah apa isi pembicaraannya, yang jelas Silva memandang kalau Emile Smith Rowe merupakan pemain yang bisa berkontribusi di lini serbu, serta style asuhannya lebih sesuai dengan Emile. Pelatih 47 tahun itu nanti jadi wujud kunci di balik kepergian Smith Rowe dari Emirates Stadium.
Emile merasa, daripada hanya menghangatkan bangku cadangan, lebih baik Arsenal dia tinggalkan. Kendati keluar dari regu yang membesarkannya, regu yang dia cita- citakan buat dibela di masa depan tetaplah suatu keputusan susah. Bagaimanapun, kata Emile, semacam dilansir Mirror, langkah ini wajib diambil demi menyelamatkan masa depannya.
Di sisi lain, perasaan campur aduk dialami Mikel Arteta. Sahabat Xabi Alonso itu pilu memandang Emile Smith Rowe meninggalkan klub. Tetapi, di lain sisi, Arteta gembira sebab pada kesimpulannya lulusan Hale End( Perguruan Arsenal) hendak menemukan menit bermain di regu utama.
Anak baik itu saat ini merantau ke tempat lain. Tetapi, dapat jadi kepergiannya dari Arsenal tidak hendak lama. Selaku anak baik, tidak menutup mungkin jika nanti, Emile Smith Rowe bakal kembali ke Arsenal, rumahnya. Soal kapan, supaya si waktu yang menanggapi.