Banyak Penduduk Malah Sepakbolanya Buruk, Mengapa ?
5 min read
Banyak Penduduk Malah Sepakbolanya Buruk, Mengapa ? – Dari 200 juta penduduk, mencari 11 pemain bola terbaik tidaklah Susah, Dikala Timnas Indonesia tidak kunjung menoreh prestasi membanggakan, persoalan semacam itu sering timbul.
Soal mutu sepak bola di suatu negeri, paling utama regu nasionalnya, acap kali berhubungan dengan jumlah populasi. Terus menjadi banyak populasi tiap negeri, buat mencari paling tidak 24 pemain regu nasional mudah.
Negara- negara yang populasinya besar malah sepak bolanya kurang baik. Regu nasional sepak bolanya sedikit prestasi. Kenapa dapat begitu? Ayo kita mengulitinya.
Salah satu tolok ukur apakah suatu negeri bagus ataupun tidak sepak bolanya merupakan, seberapa kerap negeri tersebut berpartisipasi di Piala Dunia. Kenyataannya, hanya 2 dari 5 negeri dengan populasi paling banyak di dunia yang sempat ambil bagian di Piala Dunia.
Terdapat 5 negeri yang per 2024 ini menduduki peringkat paling atas selaku negeri dengan populasi paling banyak. Mengutip Worldometers, yang informasinya diambil dari Divisi Populasi PBB; India, Cina, Amerika Serikat, Indonesia, serta Pakistan kelima negeri tersebut.
India jadi yang paling tinggi dengan jumlah penduduknya 1, 45 miliyar sekian. Cina di posisi kedua dengan 1, 41 miliyar penduduk. Tempat ketiga terdapat Paman Sam dengan 345 juta penduduk. Indonesia terletak di belakangnya dengan 283 juta penduduk. dan Pakistan urutan kelima dengan 251 juta penduduk.
Dari kelima negeri itu, cuma Amerika Serikat serta Cina yang sempat tampak di Piala Dunia. Serta hanya Amerika Serikat yang sangat kerap, ialah 9 kali, serta hendak jadi 10 kali sebab di edisi 2026 tuan rumah. Sedangkan The Dragons hanya sekali ke putaran final Piala Dunia, ialah di edisi 2002.
Tetapi dikala masih belum merdeka serta tampak dengan nama Hindia Belanda. 2 negeri yang lain: India serta Pakistan, belum sempat main di putaran final Piala Dunia.
Negeri dengan populasinya sedikit malah kerap bermain di Piala Dunia. Misalnya Uruguay. Per 2024, populasi Uruguay cuma 3, 3 juta penduduk. Tetapi, negeri ini langganan Piala Dunia. Apalagi menjuarainya di tahun 1930 serta 1950. Uruguay pula tidak sempat absen di 4 Piala Dunia terakhir.
Argentina pula senantiasa lolos ke Piala Dunia, kecuali edisi 1970. Malahan, Argentina sukses menjuarainya di 3 edisi. Meski jumlah warganya 45, 6 juta jiwa saja. Brasil, juara dunia paling banyak, apalagi cuma menduduki posisi 7 negeri dengan populasi paling banyak di dunia.
Kroasia, Panama, serta Islandia merupakan negeri dengan jumlah penduduk kecil. Jika digabung jumlah penduduknya hanya dekat 9, 3 juta , lebih sedikit dari jumlah penduduk Jakarta yang memegang 11 juta, ketiga negeri tersebut telah sempat tampak di Piala Dunia. Kroasia apalagi hampir menjuarainya tahun 2018.
Itu maksudnya, mutu sepak bola suatu negeri tidak terdapat kaitannya dengan banyak tidaknya manusia yang mendiami negeri tersebut. Terdapat sebagian alibi kenapa negeri dengan populasi paling banyak susah menciptakan para pemain hebat, yang setelah itu berakibat pada prestasi negeri tersebut di sepak bola.
Awal merupakan soal prioritas. India misalnya, tidak memprioritaskan sepak bola. Berolahraga ini tidak lumayan terkenal di negaranya Anushka Sharma, dibanding misalnya, kriket. Bila kalian menyaksikan film- film Bollywood, berolahraga kriket lebih kerap ditampilkan daripada sepak bola.
Apalagi banyak film- film India yang mengambil tema kriket. Shabaash Mithu serta Azhar di antara lain. Di Piala Dunia memanglah belum sempat bermain. Tetapi, India sempat lolos ke Piala Dunia 1950. Walaupun kesimpulannya menolak mengirimkan timnya.
Timnas India cuma kerap bermain di ajang multiolahraga, semacam Olimpiade serta Asian Permainan. Di Asian Permainan, India sempat menjambret 2 medali emas, tahun 1951 serta 1962, serta satu medali perunggu di edisi 1970.
Di Amerika Serikat, yang menyebut sepak bola merupakan soccer daripada football pula tidak sangat mencermati berolahraga. Sepak bola tidak terkenal di Paman Sam. Tidak terkenal sama sekali tidak bermakna kalau di Amerika tidak terdapat yang memainkan sepak bola. Toh, MLS pula populer. Yah, walaupun sepak bola di mari tidak lumayan maju.
Sebagian orang mengira mencari pemain di negeri yang populasinya banyak gampang. Sementara itu kebalikannya. Terus menjadi banyak populasi, terus menjadi susah mencari pemain sepak bola. Misalnya, Amerika Serikat. US Soccer wajib menjangkau lebih banyak orang demi menciptakan beberapa pemain buat dibesarkan.
Persentase buat memperoleh pemain bola juga sedikit. Sebaliknya di negeri yang populasinya kecil semacam Kroasia serta Islandia, tidak butuh menjangkau lebih banyak orang. Persentase memperoleh pemain potensial lebih besar. Imbasnya di negeri berpenduduk banyak, pemain bola yang timbul malah sedikit.
Mengutip Soccerwiki, hanya terdapat 238 pemain di segala dunia yang berkewarganegaraan India. Cina lebih banyak, ialah 1000 pemain. Bandingkan dengan negeri yang lebih sedikit populasinya. Misal, Kroasia. Dengan jumlah penduduk dekat 3, 8 juta jiwa, Negeri Balkan itu menelurkan 1. 061 pesepakbola handal. Cedera Modric, Mateo Kovacic, sampai Marcelo Brozovic serta Josko Gvardiol tercantum di dalamnya.
Di negeri dengan populasi banyak, hendak lebih banyak pula bakat- bakat yang tidak terlacak serta kandas dibesarkan. Berbeda dengan di negeri yang populasinya sedikit. Tetapi, apakah hanya itu faktornya? Pasti saja tidak, bung.
Keberadaan infrastruktur pula jadi aspek. Perkaranya negeri dengan populasi banyak, sering tidak mempunyai itu. Contohnya India. Negeri dengan ketimpangan sosial salah satu yang paling tinggi di dunia ini, tidak lumayan banyak mempunyai infrastruktur sepak bola.
India memanglah memiliki 72 stadion sepak bola. Tetapi yang cocok standar FIFA hanya 2: Greenfield International Stadium di Kerala serta Kalinga Stadium di Odisha. Masalah infrastruktur ini tidak menyudahi pada stadion berstandar FIFA. Lapangan sepak bola pula tercantum infrastruktur.
Sayang, kita susah menciptakan informasi terkini. Catatan BPS cuma hingga tahun 2018. 819 desa di segala Indonesia. Memanglah bertambah dari tahun 2014( 44. 698 desa).
Cuma saja, dari informasi yang apalagi telah 6 tahun kemudian itu, jumlah lapangan sepak bola masih kalah dari lapangan voli. 785 desa di segala Indonesia. Jadi bayangkan, mencari lapangan saja sulit, gimana ingin menelurkan pemain hebat?
Sedikitnya lapangan berkelindan dengan program pangkal rumput. Di negeri berpenduduk banyak, semacam India, Cina, serta tidak terkecuali Indonesia, program pangkal rumput kerap terkendala. Memandang Timnas Indonesia lagi moncer, kalian bisa jadi tidak hirau soal ini.
Tetapi, jujur saja, pengembangan pangkal rumput di Indonesia masih jauh dari kata layak. Seberbusa apa juga mulut Erick Thohir bilang pengembangan pangkal rumput jalur, toh PSSI masih tidak membebaskan diri dari program naturalisasi.
Di negeri yang program pengembangannya jalur, pemain naturalisasi cuma dijadikan aksesoris. Kebalikannya, di negeri yang programnya tidak jalur, pemain naturalisasi dijadikan ujung tombak.
Mana buktinya pengembangan pangkal rumput di Indonesia tidak layak?
Ayo memandang dari jumlah SSB. Di DKI Jakarta saja hanya terdapat dekat 30 SSB. Berarti hanya terdapat 3000 calon pesepakbola. Sementara itu informasi BPS tahun 2023 menampilkan, di DKI Jakarta terdapat 1, 6 juta anak umur 5- 14 tahun.
Permasalahan pula tidak berakhir di pengembangan. Terdapat pula permasalahan klasik ialah korupsi. Dari kelima negeri dengan populasi paling tinggi di dunia, cuma Amerika Serikat yang indeks anggapan korupsinya cukup, nilainya 69.
Butuh dikenal, terus menjadi besar nilai indeks anggapan korupsi, terus menjadi rendah tingkatan korupsi di sesuatu negeri. Indonesia( 34), India( 41), Cina( 42), serta Pakistan( 29) tercantum negeri dengan indeks anggapan korupsi rendah.