Dahsyat! Para Pelatih Pemutus Dominasi
4 min read
Dahsyat! Para Pelatih Pemutus Dominasi – Meruntuhkan dinasti bukanlah gampang. Pasti yang diartikan dinasti di sepak bola. Perlu lebih dari keberanian buat memutus dominasi suatu klub.
Perihal itu tidak dipunyai oleh banyak pelatih. Tetapi, para pelatih berikut sanggup meyakinkan kualitasnya selaku pemutus dominasi di liga ataupun kompetisi Eropa. Siapa saja para pelatih tersebut? Ayo kita membahasnya.
Xabi Alonso( Bayer Leverkusen)
Kita mengawali dari yang terkini. Sepanjang 11 masa, Bundesliga cuma mempunyai satu pemenang saja: Bayern Munchen. Merupakan Xabi Alonso yang buat klub yang hampir terlupakan jadi regu yang susah dikalahkan di Bundesliga, tercantum oleh Bayern Munchen.
Victor Boniface dibuatnya setajam Osimhen. Dengan gelar Bundesliga itu, Xabi tidak cuma memutus dominasi Bayern Munchen, tetapi pula menjadikan Bayer Leverkusen regu awal yang mencapai gelar Bundesliga tanpa satu juga kalah.
Jose Mourinho( Chelsea)
Arsenal yang dilatih Wenger pernah memutus dominasi itu, serta coba turut mendominasi Premier League. Tetapi, di tengah dominasi Fergie- Wenger, timbul Jose Mourinho yang melatih Chelsea pada masa 2004/ 05.
Dengan membeli pemain- pemain berbagai Petr Cech, Drogba, Arjen Robben, sampai Ricardo Carvalho, plus melalui strategi yang menyebalkan, Mourinho memutus dominasi 2 pelatih itu.
Carlo Ancelotti( Chelsea)
Sehabis pernah tidak mendominasi, Manchester United kembali mendominasi sepanjang 3 masa dari 2007 hingga 2009. Tetapi, pada masa 2009/ 10, dominasi United itu putus di tangan The Blues.
Semenjak kedatangannya, Carletto mampu mengalahkan timnya Fergie. Di ujung masa, Carlo Ancelotti pula mengalahkan Fergie di perebutan gelar Liga Inggris.
Masa itu, Ancelotti pula menjadikan The Blues regu awal yang mencetak 100 berhasil di Premier League. Jumlah berhasil yang dicetak Drogba serta kawan- kawan total memegang 103 berhasil.
Leonardo Jardim( AS Monaco)
Dari Inggris kita berwisata ke Prancis. Sehabis juara di masa 2012/ 13, PSG kemudian meraihnya dalam 3 masa selanjutnya. PSG juga mengincar gelar kelimanya di masa 2016/ 17.
Regu yang dipandu Leonardo Jardim itu yang kesimpulannya keluar selaku juara Ligue 1 di akhir masa 2016/ 17 dengan mengumpulkan 95 poin. Jardim bukan pelatih yang pengalamannya banyak, tetapi dia dapat menjadikan AS Monaco regu yang tangguh serta solid. Mereka pula susah dikalahkan, tercantum oleh PSG.
Christophe Galtier( Lille)
Sehabis gelar di masa 2016/ 17 dicuri, PSG tidak ambruk. PSG malah memahami Ligue 1 lagi, dengan mendominasi dari masa 2017/ 18 hingga 2019/ 20. Nah, di masa 2020/ 21, PSG yang mengincar gelar keempat bertemu regu yang diisi pemain muda lagi. Kali ini LOSC Lille.
Pada masa itu, Les Dogues diperkuat pemain muda berbagai Mike Maignan, Sven Botman, Jonathan David, sampai Timothy Weah. Walaupun pelatih medioker, tampaknya Galtier meyakinkan kualitasnya. Dia menjadikan Lille regu yang penuh kehati- hatian.
Strategi itu yang kesimpulannya membawakan Lille ke gelar Ligue 1 pada masa 2020/ 21, sekalian memutus dominasi Paris Saint- Germain.
Diego Simeone( Atletico Madrid)
Di Spanyol, semenjak masa 2004/ 05, Real Madrid serta Barcelona silih berubah menjuarai La Liga. Tidak terdapat satu juga yang mampu memutus dominasi keduanya. Sampai datanglah masa 2013/ 14. Itu merupakan masa ketiga Diego Simeone membesut Atletico Madrid.
Simeone yang membentuk regu tangguh, yang berisi pemain semacam Courtois, Koke, Arda Turan, Godin, sampai Gabi mengganggu dominasi Barca- Madrid. Masa itu, Los Rojiblancos bermain dengan style yang berbeda, ialah bertahan. Mereka sanggup mendominasi laga tanpa memahami bola.
Dengan metode itu Simeone bawa Atleti menjuarai La Liga masa 2013/ 14. Ini buat berulang kalinya Atletico Madrid memutus dominasi yang coba dibentuk Real Madrid serta Barcelona. Saat sebelum itu, mereka sempat melaksanakannya di masa 1995/ 96 dikala ditukangi Radomir Antic.
Louis Van Gaal( AZ Alkmaar)
Memutus dominasi pula sempat dicoba oleh mantan pelatih Timnas Belanda, Louis Van Gaal. Pengidap kanker prostat itu sempat bawa AZ Alkmaar juara Eredivisie pada masa 2008/ 09 dengan memutus dominasi PSV sepanjang 4 masa beruntun.
Sementara itu tidak terdapat satu juga yang menjagokan AZ kala itu. Apalagi para ahli memprediksi jika Van Gaal cuma hendak bawa timnya finis di posisi 13. Tetapi, prediksi itu kelewat galat. Tampaknya Van Gaal bawa regu berisi pemain semacam Sergio Romero, Hector Moreno, Mousa Dembele, Mounir El Hamdaoui, sampai Graziano Pelle juara Eredivisie.
Sampai akhir masa, 25 kemenangan diraih. Tidak cuma itu, AZ pula jadi regu dengan kebobolan tersedikit, ialah 22 berhasil. Gelar itu biasa untuk Van Gaal, tetapi untuk AZ itu merupakan gelar yang istimewa sebab ialah trofi Eredivisie awal semenjak regu ini bernama AZ Alkmaar.
Phillip Cocu( PSV Eindhoven)
2 masa sehabis AZ menjuarai Eredivisie, Ajax Amsterdam kembali mendominasi. Tetapi, pada masa 2014/ 15 dominasi mereka terputus oleh PSV Eindhoven.
Antonio Conte( Internazionale)
Bila di Jerman terdapat Bayern Munchen yang berkuasa sepanjang 11 masa, di Italia terdapat Juventus yang menjuarai Serie A dalam 9 masa beruntun. Tetapi, kehadiran Antonio Conte ke Inter pada 2019 mengganti jalannya liga dalam negeri.
Walaupun menariknya, pada masa 2020/ 21, mereka malah bersaing bukan dengan Juventus, melainkan AC Milan. Conte dengan pemain semacam Perisic, Barella, Brozovic, Hakimi, sampai Lukaku serta Lautaro terus mengejar perolehan poin Milan di puncak klasemen.
Pada minggu ke- 22, Inter menjatuhkan Milan dari puncak klasemen usai mengalahkan Lazio. Ini bukan hanya Inter yang jago, tetapi Rossoneri yang ceroboh. Di minggu yang sama, daripada memetik kemenangan, Milan malah keok atas Spezia.
Sehabis kemenangan itu, La Beneamata terus duduk di puncak klasemen. di 2 minggu saat sebelum berakhir tidak mempengaruhi. Conte berhasil bawa Inter scudetto dengan 91 poin, terpaut 12 poin dari Milan di peringkat kedua.
Jurgen Klopp( Liverpool)
Dari seluruh pemutus dominasi, barangkali Jurgen Klopp yang luar biasa. Saat sebelum tahun 2014, tidak terdapat negeri yang dapat mendominasi Liga Champions. Nah, pada tahun 2014, Spanyol mulai mendominasi. Sepanjang 5 masa, dari tahun 2014 hingga 2018 juara Liga Champions senantiasa dari Spanyol.
Klopp bawa Liverpool, regu asal Inggris, menjuarai Liga Champions, sehabis apalagi semenjak 2012 tidak terdapat regu Inggris yang menjuarainya. Tetapi, Mohamed Salah dituntut berlinang air mata usai Real Madrid menghancurkan Liverpool di Kyiv. Kemenangan di final Liga Champions masa 2018/ 19 pula menghapus label‘ pecundang tidak beruntung’ pada diri Klopp. Sepanjang ini dia senantiasa kalah di final Liga Champions.
Kemenangan atas Tottenham Hotspur di final itu tidak cuma istimewa untuk Klopp, tetapi pula untuk Liverpool. Karena gelar tersebut mengakhiri 14 tahun Liverpool berpuasa gelar Liga Champions. Mantap sekali, Pak Klopp!