Dibalik Gemerlap Olimpiade Paris 2024
5 min read
Dibalik Gemerlap Olimpiade Paris 2024 – Di dunia tiada yang sempurna , tentu terdapat saja kekurangannya. Begitu juga kala manusia merancang sesuatu event berolahraga. Sebaik- baiknya serta semegah- megahnya perhelatan Olimpiade, tentu terdapat saja celah buat dikritik. Serta yang dirasakan Olimpiade Paris 2024, bisa jadi jadi yang sangat parah.
Apalagi, dari pembukaannya saja, Olimpiade Paris telah banyak menerima hujatan, hingga dicap selaku Olimpiade terburuk dalam sejarah.
Pembukaan Terburuk
Olimpiade Paris dinilai telah melaksanakan blunder parah. Pemicunya pertunjukan yang memparodikan Perjamuan Terakhir salah satu momen sakral dalam agama Kristen.
Bermacam respons mulai bermunculan. Salah satunya tiba dari pemuka agama dari Indonesia, Ustadz Adi Hidayat. Dia merasa kalau pertunjukan itu sudah menghina Yesus Kristus.
Dalam suatu video yang diunggah di akun formal YouTube- nya, Adi Hidayat membagikan tanggapannya terhadap parodi‘ Perjamuan Terakhir’ yang menunjukkan waria serta model transgender. Penghormatan terhadap Nabi Isa pula ialah bagian dari keimanan umat Islam kepada Allah serta rasul- rasul- Nya.
Standar Ganda
Bila kamu berpikir kalau kontroversialnya diawali semenjak pembukaan, kamu salah. Sebab nyatanya ketidakberesan Olimpiade Paris telah terjalin jauh saat sebelum acara berolahraga itu dibuka.
Pesan itu berisi permintaan supaya melarang atlet Israel, tercantum Timnas Sepakbola Israel buat menjajaki Olimpiade Paris 2024. Federasi sepakbola Palestina memohon FIFA mencoret Timnas Israel dari Olimpiade 2024.
Palestina memohon IOC buat memperlakukan Israel sama semacam apa yang mereka jalani kepada Rusia. Sayangnya, walaupun para aktivis pro- Palestina sudah melaksanakan demonstrasi besar- besaran di Paris serta markas IOC di Swiss, itu tidak lumayan buat menghindari Israel dari keikutsertaannya di Olimpiade 2024.
IOC serta Prancis seolah diam seribu bahasa menyikapi isu- isu tentang Israel. Perihal itu dicoba sebab delegasi Israel memiliki sejarah kelam dikala menjajaki Olimpiade. Tepatnya, pada tahun 1972 di Munich. Kala itu, organisasi Black September menyusup ke asrama atlet Israel, menyandera para atlet serta menewaskan 11 di antara lain.
Israel vs Mali
Keberadaan kontingen Israel yang menemukan banyak kecaman juga membuat Timnas Israel tidak dapat berlaga dengan tenang. Contohnya dikala Timnas Israel melakoni pertandingan di babak penyisihan tim.
Mengalami Mali di Parc des Princes, regu nasional Israel di- bully habis- habisan sama fans Mali. Sorakan bernada ejekan terus terdengar di stadion berkapasitas 48 ribu pemirsa itu. Apalagi, dikala lagu kebangsaan Israel dikumandangkan, fans Mali tidak henti- hentinya bersorak sampai lagunya tidak dapat didengar dengan jelas oleh pemain Israel.
Tidak hanya itu, fans Mali pula terus meneriakkan“ Bebaskan Palestina” serta“ Bebaskan para sandera” sembari mengibarkan bendera Palestina. Maklum, Mali merupakan negeri dengan kebanyakan penduduknya beragama Islam. Jadi normal bila Mali terletak di pihak Palestina. Fans Israel pernah keluhan soal aksi tersebut, tetapi pihak berwajib tidak menghiraukannya.
Di luar itu, terdapat video viral yang menunjukkan salah satu fans Israel yang seketika turut campur di dikala salah seseorang fans diwawancara. Suporter itu diwawancara terpaut hasil pertandingan antara Mali vs Israel. Laki- laki tua fans Israel menginterupsi serta menegaskan buat tidak berdialog politik dalam sepakbola.
Sementara itu suporter yang diwawancari tidak lagi membicarakan politik, tetapi pertandingan. Anehnya, fans Israel yang tiba seketika itu jengkel sendiri tanpa alibi serta memaki- maki sang laki- laki. Walhasil, fans yang jadi narasumber tersebut menyorakinya dengan kampanye‘ Gratis Palestine’ sembari meniupkan terompet.
Argentina vs Maroko
Kejanggalan lain pula terjalin di laga penyisihan Tim B Argentina vs Maroko. Laga berjalan seru serta menunjukkan Maroko selaku pemenang sehabis mengalahkan Argentina dengan skor 2- 1. Tetapi dalam prosesnya, banyak kejadian- kejadian kontroversial serta menegangkan.
Berawal dari pemberian waktu bonus yang aneh. Di penghujung babak kedua, fitur pertandingan membagikan bonus waktu sebanyak 15 menit dikala Argentina cuma tertinggal 2- 1 dari Maroko. Setelah itu, Argentina pernah mencetak berhasil keseimbangan peran melalui Cristian Medina pada menit ke- 16 masa injury time.
Sehabis Cristian Medina membuat skor jadi imbang 2- 2 serta para pemain Argentina merayakannya, di sinilah permasalahan itu timbul. Dikutip The Guardian, pasca berhasil kedua banyak gelas serta botol yang melayang ke lapangan. Apalagi, beberapa flare yang lagi menyala nampak mendarat di lapangan.
Tidak menyudahi di sana, fans Maroko mulai berantakan ke dalam lapangan. Sedangkan wasit lekas memohon pemain buat meninggalkan lapangan sehabis lebih dahulu menangguhkan pertandingan. Wasit cuma ingin melanjutkan pertandingan dengan catatan segala fans wajib keluar dari stadion.
Kejanggalan lain juga terjalin sesaat saat sebelum laga dilanjutkan. Wasit malah menganulir berhasil keseimbangan Argentina. Bagi wasit VAR, nampak seseorang pemain Argentina terletak di posisi offside saat sebelum Medina mencetak berhasil. Tidak terdapat berhasil bonus terbentuk, Maroko menang 2- 1.
Argentina vs Prancis
Walaupun kalah dari Maroko, Argentina berhak lolos ke perempat final Olimpiade 2024 cabang sepakbola selaku runner up Tim B. Dengan hasil itu, Argentina hendak mengalami regu tuan rumah, Prancis. Laga ini diprediksi bakal buat permasalahan rasisme yang mengaitkan salah satu pemain Argentina, Enzo Fernandez makin memanas.
Semacam yang diwartakan Goal, ikatan Prancis serta Argentina lagi tidak baik- baik saja sehabis Enzo dituding melaksanakan serta menyebarkan video aksi rasisme yang diperuntukan kepada pemain- pemain kulit gelap di regu nasional Prancis. Peristiwa ini terjalin dikala gelandang Chelsea itu hanyut dalam perayaan gelar juara Copa America 2024 sebagian hari kemudian.
Walaupun pada kesimpulannya Enzo telah memohon maaf kepada rekan- rekannya di Chelsea, kayaknya Timnas Argentina hendak senantiasa terserang getahnya di laga perempat final nanti. Alasannya, masih banyak pemain- pemain generasi Prancis yang lain yang geram kepada aksi Enzo.
Sepakbola Wanita
Tidak hanya di cabang berolahraga sepakbola laki- laki, cabang berolahraga sepakbola perempuan pula menyajikan kejadian- kejadian konyol di Olimpiade edisi kali ini. Yang sangat tersorot merupakan aksi yang dicoba oleh regu nasional perempuan Kanada. Mereka dengan beraninya memata- matai kamp latihan regu lawan.
Permasalahan ini terkuak ke media minggu kemudian. Diprediksi salah satu staf dari regu nasional gadis Kanada menerbangkan drone ke zona latihan lawan mereka, Selandia Baru. Tujuannya buat merekam video serta memperoleh data tentang taktik serta skema game yang hendak dipakai lawannya itu.
The Canadian Olympic Committee langsung membuka investigasi tentang permasalahan ini. Hasilnya, si pelatih, Bev Priestman dipulangkan ke Kanada. Lebih parahnya lagi, terdapat dugaan kalau metode licik ini telah dicoba sepanjang bertahun- tahun serta tidak cuma dicoba oleh regu nasional gadis saja, tetapi pula regu nasional putra.
Saat ini, skandal mata- mata Kanada telah masuk meja investigasi FIFA. Bila teruji bersalah, Kanada terancam batal jadi tuan rumah Piala Dunia 2026.
Timnas Gadis Britania Raya
Yang terjalin pada timnas gadis Inggris lucu lagi, Lionesses malah hendak bermain selaku Regu Great Britain. Perkaranya, Timnas Perempuan Inggris malah mengalami Skotlandia dalam matchday terakhir babak tim UEFA Women’ s Nations League.
Di laga tersebut, Inggris diharapkan menang supaya dapat lolos ke Olimpiade dengan bawa nama Britania Raya ke Olimpiade. Kenapa wajib Inggris, sebab di antara anggota Britania Raya, ialah Skotlandia, Irlandia Utara, serta Wales, Inggris merupakan regu yang mempunyai peringkat UEFA sangat besar. Sialnya, Inggris malah kandas lolos ke Olimpiade sebab hanya finis di urutan kedua di babak kualifikasi.