Dibalik Hancurnya Karir Alexandre Pato di AC Milan
7 min read
Dibalik Hancurnya Karir Alexandre Pato di AC Milan – Dari Ricardo Kaka, Francesco Totti, Zlatan Ibrahimovic, Leonardo Bonucci, Paul Pogba, sampai Nicolo Barella, seluruhnya merupakan contoh pesepakbola hebat yang menggapai kesuksesan di sepakbola Italia. Tetapi tidak tidak sering pula negara yang diketahui dengan pastanya itu jadi kuburan untuk talenta yang layu saat sebelum mekar sempurna.
Barangkali salah satu yang sangat diingat merupakan cerita wonderkid asal Brazil, Alexandre Pato. Kala itu, AC Milan jadi klub yang sangat beruntung sebab sukses memperoleh pemain berjuluk Sang Bebek itu. Tetapi, lompatan karir di Serie A malah jadi dini runtuhnya harapan yang telah dibentuk oleh Pato.
Mimpinya buat jadi pemain terbaik di dunia seperti Ronaldo Nazario serta Ronaldinho, mendadak lenyap. Lalu, apa yang membuat Pato wajib mengubur dalam- dalam mimpinya itu? Sepenuhnya di teka- teki di balik runtuhnya karir Alexandre Pato.
Walaupun saat ini diketahui selaku salah satu pesepakbola handal sangat populer, Pato mempunyai hidup yang kelam. Pato lahir dari keluarga yang miskin. Apalagi buat semata- mata bermain sepakbola, berolahraga yang begitu digemarinya juga, Pato tidak mempunyai akses. Hingga dari itu, futsal jadi jalur keluar dari seluruh keterbatasan yang dipunyai Pato. Paling tidak, sampai umur 10 tahun Pato berkarir selaku pemain futsal. Hamparan rumput hijau merupakan suatu kemewahan menurutnya.
Tetapi tidak apa, futsal dikira lebih menguntungkan untuk Pato. Sebab dirinya dapat menemukan beasiswa sekolah dari sana. Sesuatu kala dikala Pato lagi bertanding di salah satu turnamen antar sekolah, terdapat salah satu pemandu bakat yang menemu bapak Pato. Dirinya menyangka Pato mempunyai kemampuan buat bermain sepakbola betulan.
Sayangnya, sehabis bapak Pato mulai kepikiran buat mengoptimalkan kemampuan anaknya, permasalahan malah timbul. Pato muda malah hadapi musibah konyol dikala bermain dengan sahabatnya. Dia hadapi patah tulang di tangannya. Anehnya, dari insiden itu, ditemui kalau terdapat tumor di lengannya.
Dalam pengecekan, tumor yang hinggap di lengan Pato lumayan besar. Apalagi berpotensi amputasi sebab tangannya pula lagi dalam kondisi patah. Beruntungnya terdapat seseorang dokter rela membagikan penyembuhan free. Perihal itu betul- betul berarti untuk seseorang Pato. Bila bukan sebab dokter tersebut, bisa jadi Pato cuma dapat hidup dengan satu tangan saja.
Sehabis pembedahan yang berhasil, Pato melanjutkan mimpinya selaku pesepakbola pemula. Sampai pada sesuatu hari, terdapat perwakilan klub kasta paling tinggi Liga Brazil yang menghadiri Pato. Dikala itu, pemuda kelahiran 2 September 1989 itu masih berumur 16 tahun.
Nyatanya, orang itu merupakan regu scouting dari Internacional. Tanpa basa- basi, para petinggi klub memohon Pato buat lekas bergabung dengan regu utama. Walaupun umurnya terkategori masih sangat muda, Pato yang memanglah memiliki keahlian diatas rata- rata anak seusianya langsung dimasukkan ke skuad Internacional yang berlaga di ajang Piala Dunia Antar Klub.
Berstatus selaku pemain muda, Pato memiliki metode yang menarik buat memperkenalkan diri kepada khalayak. Di kompetisi itu, Pato membongkar rekor selaku pemain termuda yang mencetak berhasil dalam ajang tersebut. Yang kian buat kagum merupakan Pato pula membongkar rekor Pele selaku pemain termuda yang tampak di kompetisi yang diselenggarakan FIFA.
Pato berupaya tampak sebaik bisa jadi demi menemukan pinangan dari klub Eropa. Sebab dengan begitu, Pato dapat membangun karir yang jauh lebih besar dibanding cuma berdiam diri di Brazil. Tidak banyak, tetapi paling tidak lumayan buat meyakinkan kalau dirinya layak bermain di Eropa.
Dari 16 pertandingan yang dimainkan Pato tahun 2007, dirinya sukses mencetak 9 berhasil. Itu Itu menunjukkan kalau keahlian menyesuaikan diri serta menciptakan celah buat mencetak berhasil sangat besar.
Dengan modal performa ciamik itu, sebagian klub papan atas Eropa berbondong- bondong tiba ke Brazil. Tetapi, dari banyaknya klub, Pato merasa kalau Milan yang sangat sungguh- sungguh menginginkannya.
Kemauan kokoh dari Pato buat berkarir di Eropa mempermudah transfer ini. Tanpa dialog yang berlarut- larut, AC Milan dapat memboyong Pato dari Brazil pada masa panas tahun 2007. Alexandre Pato berpeluang buat mencetak sejarah selaku salah satu pemain yang dapat menjuarai Piala Dunia Antarklub 2 kali beruntun. Sebab di tahun yang sama dengan kedatangannya, Milan terletak di ambang juara kompetisi tersebut. Milan memanglah juara Piala Dunia Antarklub 2007. Tetapi, Pato tidak masuk dalam skuadnya.
Itu sebab proses kepindahan yang belum rampung. Dia baru bisa diturunkan di partai formal pada 3 januari 2008, sehabis bursa transfer masa dingin kembali dibuka. Membela Milan juga formal jadi dini karir Pato di Eropa.
Sama halnya di Internacional, Pato senantiasa memiliki metode yang berkelas buat memperkenalkan diri selaku pemain muda berbakat. Di pertandingan debutnya, dia langsung mencetak berhasil dikala AC Milan mengalahkan Napoli dengan skor 5- 2.
Bakat serta keahlian Alexandre Pato betul- betul terus menjadi mengkilap di dasar tangan dingin Ancelotti. Tidak hanya pelatih kawakan itu, senior- seniornya di Milan pula banyak menolong Pato. Terlebih, dikala itu masih banyak pemain- pemain Brazil di skuad Carlo Ancelotti.
Merasa lagi bermain di kampung taman sendiri, Pato tampak dengan penuh sumringah. Di paruh kedua masa 2007/ 08, Pato bermain semacam tanpa beban. Dalam 18 pertandingan, Pato mencetak 9 berhasil. Salah satu penampilan terbaiknya terbentuk di laga melawan Genoa. Dikala itu, Pato mencetak 2 berhasil dalam kemenangan 2- 0 atas Genoa.
Kaki lincah, naluri mencetak berhasil yang baik, dan keyakinan diri yang besar membuat Alexandre Pato langsung menemukan tempat di regu utama Rossoneri di masa selanjutnya. Carlo Ancelotti juga langsung merendahkan Pato semenjak pertandingan awal masa itu.
2 kekalahan beruntun dari Bologna serta Genoa wajib ditelan mentah- mentah oleh anak asuh Carlo Ancelotti. Di pertandingan ketiga, Milan mulai kembali ke jalur yang benar. Tidak kurang ingat, Pato juga turut bangkit serta mulai melaksanakan tugasnya selaku pencetak berhasil.
Di antara bintang- bintang Milan bernama Clarence Seedorf, Andrea Pirlo, Ronaldinho, Ricardo Kaka, sampai Ronaldo, Pato malah yang bersinar sangat cerah. 18 golnya di seluruh kompetisi membuat striker asal Brazil itu jadi pencetak berhasil paling banyak klub di umur 19 tahun.
Sehabis menempuh masa terbaiknya bersama AC Milan, Alexandre Pato langsung jadi sorotan media. Baik media Italia ataupun internasional menyangka Pato selaku talenta yang hendak melanjutkan kiprah Ricardo Kaka ataupun Ronaldinho di persepakbolaan Eropa.
Di masa 2009/ 10, Pato masih dapat membayar keyakinan yang diberikan Milan. Dia senantiasa tampak optimal bila diberikan peluang buat mengetuai lini depan Il Diavolo Rosso. Tetapi, dirinya sesekali lenyap dari peredaran. Seketika, dirinya lenyap dari skuad Milan dengan alibi tidak jelas.
Walaupun pada kesimpulannya Pato dianugerahi selaku pemain muda terbaik di Serie A masa itu. Apa yang sesungguhnya terjalin pada Pato. Mengapa Milan tidak membagikan statment secara gamblang hendak keadaan calon bintangnya itu?
Tanpa butuh berdialog banyak, fans AC Milan dapat melihatnya sendiri di masa 2010/ 11. Dimana dikala itu, mulai diganggu oleh bermacam berbagai luka. Alexandre Pato apalagi tercatat absen sepanjang 13 pertandingan di Serie A masa tersebut. Kadangkala luka otot, kadangkala luka engkel. Tetapi, yang sangat kerap merupakan otot.
Dia senantiasa memaksakan diri buat senantiasa tampak efektif dikala di turunkan. Dirinya apalagi kerap berbohong kepada pelatihnya kala itu, Massimiliano Allegri soal luka yang dirasakan. Pato sesungguhnya tidak sempat menggapai tingkat kebugaran yang baik masa 2010/ 11. Tetapi dirinya ngotot memohon dimainkan.
Hasilnya? Lumayan memuaskan. Sebab jumlah golnya bertambah dibanding masa lebih dahulu. Lalu, gimana dengan nasib cederanya? Senantiasa dirahasiakan dari Milan. Sesekali, dirinya melaksanakan perawatan alternatif yang dianjurkan oleh keluarganya.
Semacam tidak terjalin apa- apa, Pato malah dengan sukacita memperingati kesuksesan Milan di masa itu. Ya, Pato yang mulai dibekap luka masih dapat membawakan Milan menjuarai Serie A masa 2010/ 11. Itu jadi gelar scudetto awal sekalian terakhir untuk Pato. Sebab karirnya di masa 2011/ 12 tidak semacam yang diharapkan.
Pasca mengangkut trofi Serie A yang diidam- idamkan, Alexandre Pato kembali menemui pangkal dari seluruh kegagalannya. Pato lagi- lagi bermasalah dengan luka. Kali ini, dia semacam tidak memiliki tenaga buat kembali bangkit. Dia kerap terletak di ruang perawatan sampai membuat pantatnya mulai akrab dengan bangku cadangan.
Masa 2011/ 12 jadi masa yang berat untuk Pato. Tidak hanya kerap dicadangkan, dirinya pula mulai hadapi permasalahan mental. Itu didapat sehabis dirinya tidak menemukan jawaban tentu dari apa yang dirasakan oleh kaki- kakinya. Nyaris belasan dokter telah disambangi Pato. Tetapi, tidak terdapat satu juga yang membuahkan hasil.
Dokter yang terletak di Atlanta, mengatakan kalau refleknya tidak sinkron dengan ototnya. Kemudian, dokter di Jerman malah mengatakan perihal yang berbeda. Baginya, terdapat yang salah di tulang punggungnya. Semacam cairan spesial disuntikan ke punggungnya. Itu sangat menyiksa.
Terus menjadi tidak sering nampak di lapangan, Pato mulai diserbu oleh media- media Italia. Banyak yang mulai membanding- bandingkan dirinya dengan pemain- pemain Brazil yang lain. Kita seluruh ketahui, pemain dari Negara Samba begitu suka dengan acara serta kehidupan malam. Serta para media memperhitungkan Pato mulai sama dengan pendahulunya.
Bila kondisinya membaik, dirinya dapat melaksanakan comeback serta tampak di sebagian laga buat AC Milan. Daripada terus jadi bulan- bulanan media, Pato memilah meninggalkan AC Milan buat kembali kampung ke Brazil serta membela Corinthians tahun 2013.
Kembali ke Brazil membuat namanya mulai lenyap dari peredaran. Talentanya mulai disampingkan. Walaupun mencetak berhasil, performa Sang Bebek asal negara Samba bukan lagi sesuatu perihal yang menarik untuk publik sepakbola. Pato tidak sempat memegang tingkat terbaiknya pasca dihajar luka secara gila- gilaan.
Tetapi kutu loncat. Sebab semenjak kembali ke Brazil, Pato doyan gonta- ganti klub. Loncat ke klub situ, ke klub mari. Tetapi hasilnya sama saja.
Pato apalagi pernah termakan janji palsu Chelsea dikala bergabung selaku pemain pinjaman pada tahun 2016. kala itu, Pato yang merasa terdapat secercah harapan buat kembali membangun karir di Eropa dijanjikan kontrak 3 tahun sehabis masa peminjamannya rampung. Sayang, kontrak tersebut tidak sempat timbul di depan mata Pato. Sehabis 6 bulan masa peminjaman, Pato dibuang begitu saja. Dia cuma dapat menempuh sisa karirnya yang tidak menentu.