Drama di Etihad JELAS Mengubah Peta Perebutan Gelar Juara
4 min read
Drama di Etihad JELAS Mengubah Peta Perebutan Gelar Juara – Penampilan berkelas 10 pemain Arsenal memanglah tidak sukses mengalahkan Manchester City, namun bisa jadi skuad Mikel Arteta sudah mengganti peta perebutan gelar juara Premier League!
Tendangan terakhir dari John Stones untuk Manchester City, menggunakan rebound sehabis Jakub Kiwior membatasi tembakan Mateo Kovacic, mengalahkan David Raya yang tampak heroik.
Jarak poin mereka dengan Arsenal senantiasa 2 poin. Tetapi, pada bermacam momen serta dengan metode yang berbeda, seakan seluruhnya sudah berganti.
Walaupun kunjungan terakhir Arsenal ke Stadion Etihad menciptakan hasil imbang 0- 0, skor 2- 2 kali ini bisa jadi kayaknya tidak menampilkan kalau mereka sudah sukses melaksanakan pertahanan kuat.
Tetapi, mereka senantiasa melaksanakannya: suatu aksi bertahan yang luar biasa nyaris membagikan hasil yang optimal, suatu hasil yang dapat mengganti jalannya masa.
Arsenal menampilkan semangat regu George Graham dalam pertunjukan defensif yang epik, serta walaupun Arsenal sanggup tampak baik selama pertandingan, mereka senantiasa belum dapat menghancurkan City seluruhnya.
Arsenal senantiasa menampilkan kekuatan dalam mengalami bermacam tantangan, menunjukkan kalau bila mereka mau merendahkan City dari singgasananya selaku juara Inggris, harapan mereka tidak butuh tergantung pada 115 dakwaan ataupun apalagi 129 dakwaan yang tengah dialami oleh City.
Lupakan majelis hukum, Arsenal menampilkan kalau mereka dapat memenangkan gelar di atas lapangan. Mereka awal kali tertinggal satu berhasil, kemudian kehabisan satu pemain. Mereka bangkit dengan performa luar biasa serta bisa jadi insiden berarti dalam laga ini terjalin dikala Rodri, pemain yang dikira tidak terkalahkan oleh City, keluar lapangan dengan City unggul 1- 0 serta luka lutut itu bisa jadi mempunyai konsekuensi lebih besar pada regu The Gunners.
City populer tidak sempat kalah dikala Rodri bermain: namun kala ia cuma dapat menyaksikan, John Stones masuk buat menjauhi kekalahan.
Untuk Haaland, berhasil ke- 100- nya buat City tiba dengan sangat kilat– cuma 10 menit semenjak dini pertandingan, 105 berhasil dalam karirnya di klub– tetapi kali ini berhasil itu cuma jadi catatan sejarah. Pada peluang lain, statistiknya hendak mendominasi kabar hari ini. Tetapi tidak kali ini.
City serta Arsenal silih menetralkan; namun tidak dengan metode yang diharapkan. Bila City kehabisan satu komandan, Arsenal kehabisan sebagian: tanpa kapten yang luka, Martin Odegaard, mereka pula memandang Leandro Trossard dikeluarkan secara konyol serta setelah itu mempertaruhkan kapten pengganti, Bukayo Saka.
Mereka menghabiskan babak kedua bermain dengan formasi 5- 4- 0, bertahan di dekat kotak penalti mereka sendiri, menampilkan resistensi yang menunjukkan mereka bisa jadi jadi regu bertahan terbaik di dunia.
Kritik kalau Arteta tidak menandatangani pemain semacam Haaland, striker tajam, nampak tidak relevan dikala bek kiri serta bek tengah mereka mencetak berhasil.
Dikritik sebab sangat sedikit menampilkan hasrat melanda dalam pertandingan di Etihad pada Maret kemudian, Arsenal kali ini sukses mencetak berhasil walaupun mesin berhasil utama mereka, Odegaard, absen.
Riccardo tendangan melengkung yang indah menandai debut penuhnya. Untuk Gabriel , sundulan yang mengesankan menampilkan kenapa ia merupakan bek sangat produktif di liga.
Itu seluruh merupakan penebusan sehabis lebih dahulu membiarkan Haaland melesat dari kawalan buat mencetak berhasil, setelah itu Arsenal mencetak satu lagi berhasil dari suasana bola mati yang jadi spesialisasi Arsenal. Tetapi, dari fase kedua tendangan sudut yang diambil kilat di waktu bonus, City sukses membandingkan peran.
Di belakangnya, David Raya menaikkan koleksi penyelamatannya yang luar biasa dengan suatu penyelamatan gemilang buat menggagalkan Haaland. Ia 2 kali menggagalkan Josko Gvardiol, awal dengan menahan tembakan keras, kemudian menepis tendangan volinya. Raya lagi dalam performa luar biasa, namun ia pula dilindungi dengan baik.
Tetapi, ia dikalahkan di dini pertandingan. City mengawali dengan sangat baik. Ilkay Gundogan tampak luar biasa di dini, membebaskan tendangan voli yang hampir masuk sehabis tendangan cekatannya sendiri, serta tendangan bebasnya membentur tiang. Savinho pula tampak mengesankan saat sebelum sela waktu, keterampilannya sangat hebat buat Trossard yang kesimpulannya menemukan kartu kuning awal, serta ia membagikan umpan kepada Haaland yang dengan kilat membebaskan tembakan melewati Raya.
Setelah itu tiba kebangkitan Arsenal. Ini merupakan mimpi kurang baik untuk Kyle Walker: meringik dikala Arsenal mengambil tendangan leluasa dengan kilat, ia berikan Gabriel Martinelli sangat banyak ruang buat mengirimkan bola ke Calafiori, yang membebaskan tembakan dari jarak 20 m ke sudut atas. Dengan presisi yang sama serta frustrasi yang lebih besar, Guardiola menendang bangkunya di pinggir lapangan.
Pada menit- menit terakhir di waktu bonus– ataupun yang dapat diucap“ Rodri Time”, sebab dipicu dari benturan yang dicoba Kai Havertz serta Thomas Partey– Trossard menabrak Bernardo Silva serta setelah itu menendang bola. Michael Oliver, wasit yang pula menempuh sore yang penuh drama, mengusirnya keluar lapangan.
Untuk Guardiola, bisa jadi ini merupakan pengingat hendak pertandingan melawan regu 10 orang Jose Mourinho, Inter, di semifinal Liga Champions 2010, namun dengan hasil yang berbeda.
Arsenal memperingati blok serta intersepsi; namun bukan kemenangan. Mereka ketahui gimana rasanya ditolak kemenangan di saat- saat terakhir oleh City, sempat mengetuai klasemen sepanjang 248 hari 2 masa kemudian, serta finis cuma satu poin di balik City tahun kemudian. Bisa jadi, pada kesimpulannya, berhasil Stones hendak jadi momen penentu. Namun paling tidak, City saat ini mempunyai fakta lebih lanjut kalau mereka mengalami rival yang tangguh.