Dulu Sulit, Lolos Piala Asia Kini Mudah Bagi Timnas Indonesia
5 min read
Dulu Sulit, Lolos Piala Asia Kini Mudah Bagi Timnas Indonesia – Kita, para pencinta Timnas Indonesia, sempat merambah masa di mana terletak di final Piala AFF jadi sangat membanggakan. Harapan jadi juara diletupkan semacam petasan di malam tahun baru. Walaupun malah berujung pada berderainya air mata.
Sedangkan kompetisi yang lebih besar lagi, semacam Piala Dunia serta Piala Asia terkesan sangat jauh. Kita cuma dapat bermimpi buat setelah itu bangun serta mengalami realitas, kalau yang besar merupakan harga sembako, bukan prestasi Timnas Indonesia.
Tetapi, suatu yang seakan utopia belaka itu saat ini menanti di hadapan kita. Piala Dunia yang tadinya jauh, jaraknya saat ini seolah hanya sepelemparan batu saja. Piala Asia, kompetisi yang begitu susah buat diiringi Timnas Indonesia, saat ini jadi semacam turnamen teratur, entah buat regu senior ataupun kelompok usia. Buat itu kita hendak menjajaki ekspedisi Timnas Indonesia, spesialnya di Piala Asia.
Timnas Senior Senantiasa Lolos dari 1996- 2007
Timnas Indonesia mengawali ekspedisi di Piala Asia pada tahun 1996. Tidak lewat jalan praktis dengan jadi tuan rumah, melainkan turut dari babak kualifikasi. Indonesia diuntungkan sehabis sukses menjahit India dengan skor 7- 1.
Sedangkan Malaysia, rival di Tim 4 babak kualifikasi cuma sanggup menang 5- 2 atas lawan yang sama. Indonesia juga lolos ke putaran final. Di putaran final, Indonesia tidak kuasa meladeni badai serbuan para begawan semacam Kuwait, Uni Emirat Arab, serta Korea Selatan.
Saltonya yang membuahkan berhasil ke gawang Kuwait menjadikannya pencetak berhasil terbaik Piala Asia selama masa. Di edisi Lebanon, Indonesia lolos meyakinkan dengan tidak satu juga menelan kekalahan. Tetapi di putaran final Indonesia kembali jadi juru kunci.
Kiprah Indonesia baru membaik di edisi 2004. Waktu itu, Indonesia yang lolos berkat finis di posisi kedua babak kualifikasi, mencuri 3 poin atas Qatar di putaran final. Ponaryo Astaman serta Budi Piton pemeran berarti dalam kemenangan tersebut.
Di Piala Asia 2007, negara- negara Asia Tenggara yang terdiri dari Indonesia, Vietnam, Thailand, serta Malaysia mengajukan diri buat jadi tuan rumah bersama. AFC juga menyepakatinya.
Tidak Lolos
Edisi 2007 jadi salah satunya Piala Asia yang diadakan di lebih dari satu negeri. Sehabis itu format tuan rumah bersama tidak dipakai lagi. Berhentinya format tuan rumah bersama pula nyatanya bertepatan dengan mulai absennya Timnas Indonesia di Piala Asia.
Diawali tahun 2011. Indonesia yang bergabung dengan Oman, Kuwait, serta Australia, kandas lolos ke Piala Asia. Banyak yang bilang, kegagalan ini merupakan kemunduran. Pelatih Timnas Indonesia dikala itu, Benny Dollo pula mengiyakannya.
Kegagalan di Piala Asia 2011 jadi pintu kegagalan di edisi selanjutnya. Tahun 2015, timnas kandas lagi. Kalah 1- 0 atas Cina menutup mimpi Indonesia ke Piala Asia. Waktu itu, Indonesia yang masih diperkuat kiper I Made Wirawan serta bomber Kaka Boci tidak memetik satu juga kemenangan serta cuma mencetak 2 berhasil di babak kualifikasi.
Hukuman FIFA Buat Nelangsa
Timnas Indonesia kian terperosok ke jurang kala pada 2015 dihukum FIFA. Induk sepak bola dunia itu menjatuhkan sanksi sebab pemerintah Indonesia dikira turut campur dalam organisasi PSSI. Buntutnya, tidak hanya dilarang turut Piala Dunia 2018, Indonesia pula dilarang tampak di Piala Asia 2019.
Karena pada waktu itu, 2 negeri Asia Tenggara yang lain, Thailand serta Vietnam turut. Kandas 3 kali ke Piala Asia membuat pendukung Indonesia bergeser ke kompetisi lain, ialah Piala AFF.
Piala Asia jadi kompetisi yang susah buat diraih. Bukan cuma di tingkat senior, tetapi pula di tingkat kelompok usia. Salah satunya di tingkat U- 23. Timnas Indonesia U- 23 tidak sempat berpartisipasi di Piala Asia U- 23, dari tahun 2013 sampai 2022.
Upaya yang Tidak Membuahkan Hasil
Walaupun Piala Asia jadi suatu yang susah ditembus, paling utama untuk regu U- 23 dalam konteks dikala itu, PSSI berupaya sulit payah mencari solusinya. Misal, kala Timnas Indonesia mengincar satu tempat di Piala Asia U- 23 tahun 2018. Seluruh kebijakan mencuat demi menggapai berhasil tersebut.
Tidak hanya mendatangkan Luis Milla, sisa pemain Real Madrid, selaku pelatih, PSSI yang kala itu dipandu baginda Edy Rahmayadi meluncurkan program- program yang menunjang Timnas U- 23. Salah satunya mengharuskan klub Liga 1 buat merendahkan pemain di dasar umur 23 tahun di kompetisi paling atas Indonesia, paling tidak sepanjang 45 menit.
Pergantian pemain yang wajarnya 3, pula diganti jadi 5, dengan ketentuan 2 sisanya memasukkan pemain U- 23. Ketentuan ini sempat kontroversial, sebab pemain U- 23 dikira belum matang.
Tetapi, langkah ini terbilang visioner sebab kesimpulannya, mempermudah Luis Milla menjaring calon pemain Timnas U- 23. Kebijakan ini kemudian ditangguhkan kala Milla telah mengantongi nama- nama buat Timnas Indonesia U- 23. Apa yang dicoba PSSI, mirisnya malah sirna.
Indonesia kandas ke Piala Asia U- 23 2018. Kebijakan yang menciptakan pemain muda semacam Saddil Ramdani, Gavin Kwan Adsit, sampai Osvaldo Haay luruh, walaupun pernah membantai Mongolia 7- 0 di babak kualifikasi.
Di Pandit Football, Ardy Nurhadi Shufi menulis, kegagalan Indonesia ke Piala Asia U- 23 waktu itu diakibatkan para pemain belum menggapai tingkat buat bermain di Piala Asia. Menit bermain yang diberikan klub pada pemain U- 23 cuma buat penuhi regulasi belaka, tidak tingkatkan tingkat game.
Sebut Namanya, Shin Tae- yong!
Tetapi, kehidupan tidak selamanya sengsara.“ Habis Hitam, Terbitlah Cerah,” kata Kartini. Begitulah pula Timnas Indonesia. Tidak selamanya lolos ke Piala Asia susah. Merambah penghujung tahun 2019, api harapan untuk Timnas Indonesia memercik.
Soal ini kita tidak dapat tidak memasukkan nama Shin Tae- yong di dalamnya. Tiba di PSSI masa Iwan Bule, Shin Tae- yong mengambil alih Simon McMenemy melatih Timnas Garuda. Awal mulanya Tae- yong dipercaya buat regu muda.
Di tangannyalah Piala Asia kembali dapat ditembus. Tanpa banyak polemik, Tae- yong meloloskan 3 timnas sekalian ke Piala Asia. Yang sangat mengejutkan merupakan Piala Asia U- 23, sebab jadi awal kali untuk Indonesia.
Laki- laki 53 tahun itu pula menggiring regu senior ke Piala Asia 2023, sehabis dengan gagah menaklukkan Kuwait. Terakhir merupakan di Piala Asia U- 20.
Lolos Otomatis Cuy!
Apalagi edisi 2023 ialah kedua kalinya secara beruntun Timnas U- 20 lolos ke Piala Asia usai disanksi FIFA. Saat ini, pada Piala Asia U- 20 2025, Indonesia kembali melanjutkan tradisi sekalian mencatatkan hattrick lolos ke Piala Asia U- 20.
Tetapi, sabodo teuing, yang berarti Indonesia lolos. Itu di U- 20, di tingkat U- 23 pula membaik. Re- genarisi berjenjang serta strategi yang disusun Tae- yong, serta pasti sokongan dari langit, membuat Indonesia tidak butuh sulit payah melakoni babak kualifikasi.
Indonesia otomatis ke putaran final Piala Asia U- 23 tahun 2026 mendatang, sehabis finis di posisi keempat di edisi lebih dahulu. Di tingkat senior, dikala tim- tim Asia Tenggara lain mesti berjuang dari babak kualifikasi, Indonesia telah otomatis lolos ke Piala Asia 2027.
Saat ini tinggal menunggu Timnas Indonesia U- 17 menyusul kakak- kakaknya ke Piala Asia. Dengan re- genarisi serta program naturalisasi yang jor- joran, kompetisi Piala Asia yang lebih dahulu susah digapai, bisa jadi saja nanti hendak jadi laksana turnamen teratur untuk Timnas Indonesia. Konsistensi semacam ini, jika butuh serta memanglah butuh, mestinya serius dirawat.