Gara-Gara Main di Eropa, Klub Ini Malah Terdegradasi dari La Liga
4 min read
Gara-Gara Main di Eropa, Klub Ini Malah Terdegradasi dari La Liga – Tidak cuma jago di Eropa, klub- klub La Liga nyatanya memiliki cerita unik dikala bermain di kompetisi Eropa. Sebagian klub Spanyol sempat jatuh ke jurang degradasi di masa yang sama kala mereka bermain di kompetisi Eropa. Yang sepatutnya mereka dapat terbantu dengan bonus pendapatan, ini malah buat keadaan klub jadi kelabakan.
Uniknya, permasalahan ini sempat terjalin sepanjang sebagian masa berturut- turut. Tidak cuma itu, sebagian klub apalagi sempat lebih dari sekali mengalaminya. Lalu, klub- klub apa saja yang diartikan?
Real Zaragoza( 2001/ 02& 2007/ 08)
Sehabis di masa 1999/ 00 sukses finis di peringkat keempat, secara mengejutkan Real Zaragoza malah berakhir di peringkat 17 pada masa 2000/ 01. Pada masa itu, Real Zaragoza sukses keluar selaku juara sehabis sukses mengalahkan Celta de Vigo.
Walhasil, prestasinya ini membuat Los Manos ingin tidak ingin wajib mewakili Spanyol di ajang UEFA Cup masa 2001/ 02. Pada masa inilah petaka tersebut terjalin. Performa Los Manos malah terjun leluasa. Mereka finis selaku juru kunci di akhir kompetisi. Tidak cuma itu, mereka juga hingga dipegang oleh 3 pelatih di masa itu. Kebayangkan semacam apa ruwetnya keadaan klub ini?
Dari Txetxu Rojo, Luis Costa, sampai Marcos Alonso, tidak terdapat satupun yang dapat menyelamatkan performa Real Zaragoza. Di Eropa juga performa mereka loyo. Walaupun pernah meyakinkan dengan membantai Silkeborg dengan agregat 5- 1, mereka cuma sanggup bermain sampai ronde kedua sehabis kalah tipis 1- 0 dari wakil Swiss, Servette.
Sehabis terdegradasi, Zaragoza langsung menemukan promosi lagi serta berhak bermain di La Liga 2003/ 04. Pada masa 2006/ 07, duet Diego Milito serta Pablo Aimar membuat klub ini berganti jadi klub jago. Mereka sukses masuk kembali ke zona Eropa sehabis finis di posisi 6. Walhasil, masa 2007/ 08 balik ke UEFA Cup lagi dong.
Tetapi nasib kayaknya tidak merestui Zaragoza buat jadi klub yang teratur bermain di Eropa. Keberadaan mereka di Eropa seolah jadi kutukan yang membuat degradasi mendatanginya. Sedangkan di La Liga, Milito serta Aimar tidak sanggup lagi menggendong regu ini serta finis di posisi 18.
Deportivo Alaves( 2002/ 03)
Semusim sehabis permasalahan unik Zaragoza, Deportivo Alaves nyatanya langsung hadapi kesialan yang sama. Mereka terdegradasi pada tahun 2002/ 03, bertepatan dengan mereka yang kala itu berkesempatan bermain di UEFA Cup. Karena pada masa 2001/ 02, mereka mengakhiri masa dengan sangat luar dapat dengan bercokol di peringkat 4.
Mereka terdegradasi sehabis finis di posisi kedua dari dasar. Bayangkan saja seberapa parah penyusutan klub ini, cuma dalam 2 masa mereka berganti dari klub langganan Eropa jadi klub degradasi La Liga.
Performa mereka di UEFA Cup 2002/ 03 juga sangat mengecewakan. Mereka kandas lolos ke babak final sehabis kalah agregat 2- 1 dari Besiktas. Walaupun di babak lebih dahulu mereka pula tampak digdaya sehabis mengalahkan Ankaragucu dengan agregat 5- 1.
Celta de Vigo( 2003/ 04& 2006/ 07)
Sehabis 2 masa senantiasa memakan korban, Celta de Vigo memenuhinya jadi 3 pada tahun 2003/ 04. Peluang ini dapat terjalin sehabis Aleksandr Mostovoi dengan dramatis bercokol di peringkat 4 masa lebih dahulu.
Tetapi, sama semacam 2 pendahulunya, Celta Vigo malah terdegradasi di masa mereka bermain di Eropa. Mereka yang pernah tampak mengesankan sampai merebut zona Champions League, malah terpuruk dengan jadi peringkat 2 dari dasar di masa 2003/ 04. Sementara itu, performanya di Eropa lumayan cukup. Celta Vigo sukses lolos sampai babak 16 besar serta kalah agregat 5- 2 dari skuad invincible Arsenal.
Sama semacam Real Zaragoza, Celta Vigo hadapi permasalahan unik ini 2 kali. Mereka langsung mencapai promosi serta kembali lagi ke La Liga pada masa 2005/ 06. Walhasil, peringkat 6 mereka bisa serta slot UEFA Cup ikutan tertangkap.
Mereka yang kembali ke Eropa cuma buat terdegradasi lagi. Yang sangat getir, mereka cuma terpaut satu poin dari 2 peringkat di atasnya.
Kemudian gimana dengan performa mereka di Eropa? Sejujurnya mengesankan buat dimensi regu promosi. 16 besar UEFA Cup mereka tembus. Sayangnya, mereka berjumpa runner up Bundesliga kala itu, Werder Bremen. Celta Vigo juga dilumat dengan agregat 3- 0.
Villarreal( 2011/ 12)
Sehabis pernah terputus, kutukan bermain di Eropa ini kembali mengenai klub Spanyol. Kali ini giliran Villarreal. Santi Cazorla serta kawan- kawan sukses tembus ke Champions League 2011/ 12 sehabis mengakhiri La Liga di peringkat ke- 4. El Madrigal yang sempat tampak digdaya di Champions League 2005/ 06, nyatanya pede dong dapat kembali bermain di kompetisi ini sehabis 2 masa absen.
Tetapi, bukannya prestasi yang didapat, El Madrigal malah bertubi- tubi tertimpa bencana. Sehabis ditinggal Santi Cazorla di dini masa, performa Kapal Selam Kuning nyatanya menukik tajam. Tidak satupun poin yang mereka bisa.
Real Betis( 2013/ 14)
Berikutnya, Real Betis nyatanya turut jadi korban dari kutukan kompetisi Eropa. Beticos tampak di Europa League 2013/ 14 sehabis finis di posisi 7. Tetapi, bermain di Eropa kayaknya bukan buat seluruh klub. Beticos kelimpungan mengalami jadwalnya di Eropa sehingga pada masa 2013/ 14 mereka terdampar selaku juru kunci.
Sesungguhnya, performa mereka di Europa League tidak jelek- jelek amat. Mereka dapat tembus ke babak 16 besar serta wajib kalah secara menyakitkan. Mereka kalah melalui adu penalti sehabis secara agregat seri 2- 2 dari rival sekota, Sevilla. Sialnya lagi, Sevilla pada kesimpulannya malah keluar selaku juara kompetisi.
Espanyol( 2019/ 20)
Pada masa itu, rival sekota Barcelona ini bermain di Europa League 2019/ 20 sehabis finis di posisi 7 di masa lebih dahulu dengan poin yang sama dengan Atletico Bilbao, tetapi unggul selisih berhasil.
Walaupun dapat jadi juara tim serta lolos sampai babak 32 besar, Espanyol malah jadi juru kunci di La Liga. Sedangkan di 32 besar, mereka kalah agregat 6- 3 dari wakil Inggris, Wolves.