May 3, 2025

Artikelbola

Berita Bola Paling Update di Indonesia Terpopuler

Ironi PT Djarum, Sukses di Sepak Bola tapi Tak Boleh Sponsor Lagi

4 min read

Ironi PT Djarum, Sukses di Sepak Bola tapi Tak Boleh Sponsor Lagi – Peristiwa yang terjalin tahun 2019 itu memperlihatkan kalau KPAI, selaku lembaga yang“ konon” melindungi anak berpikiran Djarum cuma menggunakan kanak- kanak buat mempromosikan merk mereka yang notabene industri rokok.

Alan Budikusuma, Mohamad Ahsan, sampai Sang Tangan Petir, Kevin Sanjaya Sukamuljo merupakan alumni PB Djarum. Entah itu kompetisi ataupun klub, sebab terdapat larangan buat itu. Sementara itu Djarum ini tidak hanya berhasil di bulu tangkis, pula sukses di ranah sepak bola. Ingin fakta? Berikut ini merupakan ulasannya.

Industri Rokok di Liga Indonesia

Sesungguhnya bukan cuma Djarum, industri rokok yang sempat mensponsori sepak bola Indonesia, dalam perihal ini liga. Jika kita melontarkan ingatan ke balik, Liga Indonesia disponsori oleh industri rokok diawali pada tahun 1994. Kala itu industri rokok Dunhill menggelontorkan dana tidak kurang dari Rp4, 5 miliyar per masa serta jadi sponsor utama.

Masuknya industri rokok asal Amerika itu membuat segala partisipan Liga Indonesia harus melekatkan Dunhill di jersey bagian depan. Sayangnya, Dunhill cuma bertahan 2 tahun. Pada 1996, mereka cabut dari Liga Indonesia. Mundurnya Dunhill tidak menyurutkan hasrat industri rokok lain buat mensponsori Liga Indonesia.

Masuklah pada 1996 industri rokok yang pula berasal dari Amerika, Kansas. Pada dikala itu sampai tahun 2005, Liga Indonesia tidak disponsori industri rokok.

Di tahun yang sama, industri rokok yang lain, PT Bentoel Prima pula memasuki sepak bola Indonesia, jadi sponsor utama Piala Indonesia, serta melahirkan Copa Dji Sam Soe. Berbeda dengan 2 sponsor rokok lebih dahulu, Djarum bertahan lama jadi sponsor utama Liga Indonesia.

Sepak Bola Indonesia di Tangan Djarum

Bukan tanpa alibi Djarum dapat bertahan lama. Pada masa itu, Liga Djarum Indonesia dipecah jadi 2, Daerah Timur serta Daerah Barat. Jadi, semacam MLS. Serta asyiknya, waktu itu persaingannya ketat. Persipura Jayapura yang juara di tahun 2005, malah kandas total di edisi 2006.

Pada tahun 2008, nama liganya berganti lagi jadi Djarum Liga Luar biasa Indonesia. Nama itu bertahan sampai 3 masa. Jacksen F Tiago berhasil bawa Persipura juara di 2 edisi yang tidak berentetan, sebab di tengah- tengah Arema asuhan Robert Rene Alberts berhasil mencuri gelar.

Sehabis 3 masa, embel- embel“ Djarum” dihilangkan, tetapi senantiasa menyematkan“ Luar biasa” salah satu produk Djarum. Walhasil, namanya juga hanya Liga Luar biasa Indonesia. Di edisi awal Liga Luar biasa Indonesia, masa 2011/ 12, Persipura kandas jadi juara sehabis ketinggalan 11 poin dari Sriwijaya FC. Kala itu Laskar Wong Kito jadi regu yang menarik atensi.

Tidak hanya dilatih Kas Hartadi yang sedikit banyak filosofi melatihnya mirip Carlo Ancelotti, Sriwijaya pula diperkuat pemain semacam Ferry Rotinsulu, Mahyadi Panggabean, Ponaryo Astaman, Keith Kayamba Gumbs, sampai asisten Shin Tae- yong saat ini, Nova Arianto.

Batu Sandungan Djarum

Mirisnya, kala Liga Indonesia terang serta harapan semacam bubur yang tinggal dimakan, sepak bola Indonesia masuk ke gorong- gorong. Baru sebentar Liga Luar biasa Indonesia berjalan, kisruh terjalin di badan PSSI. Para pengurus PSSI yang kelewat pintar ngotot- ngototan mau menang sendiri, sehingga menciptakan apa yang di setelah itu hari kita menyebutnya dualisme.

PSSI terbelah jadi 2 kubu. Kubu Nurdin Halid dengan ISL, serta kubu Djohar Arifin Husin dengan IPL. Pada dikala itu timnasnya juga terdapat 2. Dualisme PSSI ini apalagi membuat pemain semacam Kaka Boci, Kurnia Meiga, Firman Utina, Muhammad Roby, sampai Ahmad Bustomi kehabisan tempatnya di regu nasional.

Djarum masih bertahan, walaupun setelah itu menyudahi mensponsori. Perihal yang makin membuat Djarum dituntut mundur dari sepak bola merupakan timbulnya Peraturan Pemerintah( PP) No 109 tahun 2012 tentang Pengendalian Produk Tembakau. Pada Pasal 36 cerah mengendalikan pelarangan penampilan merk dagang serta logo produk tembakau.

Semenjak ketentuan itu timbul, nama Djarum pelan- pelan meninggalkan sepak bola Indonesia. Nanti, Djarum terus menjadi susah masuk sebab PSSI serta PT LIB betul- betul memblokade industri rokok dari sepak bola Indonesia.

PSSI di Masa Iwan Bule

Salah satunya terjalin di masa kepemimpinan seseorang purnawirawan bernama Mochamad Iriawan. Mengutip Kompas. com, pada dikala itu Ketum PSSI bersama PT LIB tidak mengizinkan tiap regu menjalakan kerja sama komersial dengan produk yang berkaitan langsung dengan merk rokok, minuman beralkohol, ataupun web perjudian.

Djarum kian tenggelam. Industri kepunyaan Hartono Bersaudara itu kian jauh meninggalkan sepak bola Indonesia. Nampak PSSI menghalang- halangi Djarum, ya? Tetapi, walaupun gimana memanglah itu telah cocok aturannya. Tubuh berolahraga dunia ataupun World Health Organization pula telah menekankan kalau memanglah industri tembakau dilarang mensponsori event berolahraga.

Berangkat ke Italia

Lama tidak terdengar kiprahnya di dunia sepak bola, Djarum Group mengejutkan dengan membeli klub Italia, FC Como. Hebatnya, Djarum tidak cuma menyuapi Como 1907, tetapi pula membayar utang mereka yang memegang Rp2, 6 miliyar.

Semenjak diakuisisi Djarum, FC Como terus menampilkan progres. Kemudian naik lagi ke Serie B, serta saat ini kita dapat memandang Como dibantai oleh Juventus di Serie A.

Terlepas dari apakah Como hendak bertahan di Serie A di akhir masa, keberhasilan regu ini promosi ke kasta paling tinggi, sekali lagi meyakinkan Djarum merupakan maestro di dunia sepak bola. Hartono Bersaudara kesimpulannya jadi tokoh berarti yang dihormati warga Lombardia berkat keberhasilan tersebut.

Bisakah Saat ini?

Kesuksesan PT Djarum di dunia sepak bola, tetapi saat ini jadi sponsor saja dipersulit, meyakinkan kalau Djarum merupakan industri rokok yang menjanjikan dalam urusan sepak bola.

Bisa jadi saja bila Djarum dibiarkan meningkatkan sepak bola lebih luas, Indonesia hendak menelurkan lebih banyak pemain hebat. Tidak butuh repot- repot mencari pemain generasi. Djarum telah meyakinkan mereka sukses di bulu tangkis. Sayangnya, Djarum bisa jadi hendak susah jadi sponsor liga ataupun klub di Indonesia lagi.

Walaupun terdapat PP Kesehatan yang diteken Presiden Joko Widodo pada 26 Juli 2024 kemudian, yang intinya membuka kesempatan lagi industri rokok jadi sponsor, Djarum dapat jadi memilah tidak melaksanakannya. Karena bersumber pada peraturan yang telah diteken itu, industri rokok boleh mensponsori, tetapi tidak boleh menunjukkan produknya.

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.