Kasus 115 Pelanggaran Manchester City Bikin Rival Berhati-Hati
3 min read
Kasus 115 Pelanggaran Manchester City Bikin Rival Berhati-Hati – Manchester City mengalami suasana yang rumit terpaut dengan Financial Fair Play( FFP) yang bisa mempengaruhi strategi transfer mereka pada bursa transfer Januari mendatang.
Suatu laporan dari orang dalam mengatakan kalau klub yang diketahui dengan julukan The Citizens bisa jadi wajib menahan diri dalam melaksanakan pengeluaran besar di pasar transfer.
Penyelidikan terhadap 115 tuduhan yang diajukan oleh Premier League menimpa pelanggaran peraturan keuangan klub sepanjang lebih dari satu dekade.
Premier League awal kali mengawali investigasi terhadap Manchester City pada tahun 2018. Sehabis proses hukum yang memakan waktu, kesimpulannya pada Februari 2023, dakwaan formal diajukan serta klub dirujuk ke komisi independen buat mengecek permasalahan tersebut.
Tuduhan yang dialami Manchester City mencakup laporan keuangan yang tidak akurat, tercantum nilai konvensi sponsor serta rincian pendapatan manajer dan pemain, dan ketidakpatuhan terhadap ketentuan finansial UEFA serta Premier League, tercantum ketentuan profitabilitas serta keberlanjutan( Profit& Sustainability Rules ataupun PSR). Tidak hanya itu, Manchester City pula dituduh tidak kooperatif dalam proses investigasi yang dicoba oleh Premier League.
Manchester City, dalam pernyataannya, dengan tegas membantah segala tuduhan serta melaporkan kalau mereka siap buat memperkenalkan fakta yang menunjang posisi mereka. Klub tersebut berharap permasalahan ini bisa lekas dituntaskan supaya tidak pengaruhi performa regu di masa mendatang.
Tetapi, bagi Mick Brown, mantan pencari bakat senior di Manchester United serta Tottenham Hotspur, keadaan keuangan Manchester City dikala ini membutuhkan kehati- hatian ekstra.
Brown mengatakan kalau City wajib sangat berjaga dalam mengelola pengeluaran mereka pada jendela transfer mendatang. Ia melaporkan kalau klub tersebut tidak dapat menghasilkan duit dengan metode yang sama semacam sebagian tahun lebih dahulu. Perihal ini sebab suasana mereka yang masih wajib menuntaskan 115 tuduhan yang belum terselesaikan.
Brown meningkatkan kalau para petinggi Manchester City mungkin besar hendak memikirkan bermacam aspek saat sebelum melaksanakan pembelian pemain pada bursa transfer Januari.
Mereka wajib berpikir 2 kali buat melaksanakan transaksi besar- besaran sebab terdapat resiko kehabisan poin ataupun mengalami sanksi bila tuduhan tersebut teruji. Tidak hanya itu, bagi Brown, Manchester City tidaklah klub yang suka mengambil resiko besar tanpa perhitungan matang.
Di sisi lain, laporan dari Football Insider mengatakan kalau klub- klub Premier League yang lain mulai merasa takut dengan bayaran hukum yang dikeluarkan oleh liga. Pada masa kemudian, bayaran hukum Premier League menggapai Rp 1 Trilyun, yang diambil dari hak siar tiap- tiap klub.
Mantan pimpinan Everton, Keith Wyness, mengatakan kekhawatirannya kalau anggaran hukum yang melonjak tersebut bisa jadi beban untuk klub- klub Premier League.
Wyness pula menyoroti kalau suasana ini memunculkan persoalan sungguh- sungguh tentang gimana Premier League menanggulangi permasalahan tersebut. Ia menyinggung masa kemudian kala mantan kepala eksekutif Premier League, Richard Scudamore, menuntaskan permasalahan secara internal tanpa butuh pengumuman publik.
Tetapi, dengan suasana hukum yang berlarut- larut serta mahal semacam saat ini, pendekatan tersebut nyatanya tidak lagi bisa jadi dicoba oleh kepala eksekutif dikala ini, Richard Masters, ataupun pimpinan liga, Alison Brittain.
Akhirnya, Manchester City terletak dalam suasana yang susah. Mereka wajib memikirkan dengan matang tiap langkah mereka di bursa transfer Januari mendatang, sembari menunggu hasil dari penyelidikan komisi independen terpaut tuduhan yang mereka hadapi. Suasana ini pula membuat klub- klub Premier League yang lain waspada terhadap akibat finansial dari proses hukum yang lagi berlangsung.