Klub Jadi Raksasa Eropa, Rahasia Simone Inzaghi Sulap Inter
4 min read
Klub Jadi Raksasa Eropa, Rahasia Simone Inzaghi Sulap Inter – Uniknya,kerabat Filippo Inzaghi ini dengan seluruh prestasinya, malah kurang memperoleh sorotan bila dibanding pelatih asal Belanda serta Jerman. Apalagi namanya tidak sering sekali berhubungan dengan klub- klub besar Eropa yang lagi mencari juru taktik anyar.
Sementara itu laki- laki kelahiran 1976 ini mempunyai keahlian yang telah tidak sering dipunyai oleh para pelatih modern. Sampai- sampai Pep Guardiola sangat kagum kepadanya. Lalu, apa sih rahasia Simone Inzaghi menyulap Inter yang morak- marik semenjak ditinggal Jose Mourinho, jadi raksasa di Eropa lagi?
Keahlian Memoles Pemain
Di luar dari taktiknya yang dikira cerdik, pemain merupakan aspek awal yang wajib Simone selesaikan terlebih dulu. Apakah ia mempunyai pemain yang cocok? Apakah pemainnya ingin bermain untuknya? serta Apakah pemainnya dapat bermain dengan skemanya? Ialah perkara yang Simone tuntaskan semenjak dini.
Kerendahan hatinya buatnya menemukan tempat tertentu di hati para pemain. Simone menang tidak mempunyai tekad setinggi Antonio Conte, kharisma secerah Carlo Ancelotti, ataupun juga keberanian taktikal semacam Roberto de Zerbi. Tetapi, kesederhanaan Simone ialah aspek yang buatnya istimewa.
Semenjak jadi pemain, Simone memanglah diketahui mempunyai kepekaan taktikal yang baik. Apalagi, si kakak, Filippo Inzaghi mengakuinya. Kepekaan inilah yang membuat karir kepelatihan kakak- beradik ini terbalik dengan karir keduanya dikala masih aktif selaku pemain.
Buat menunjang keberhasilan taktiknya, Simone ketahui kalau pemain merupakan aspek sangat berarti yang dia butuhkan. Oleh sebab itu, Simone menyangka kedekatannya dengan pemain ialah aspek yang sangat berarti. Ia bukan pelatih diktator semacam Antonio Conte, tetapi ia merupakan motivator ulung. Ya, bisa jadi berkat pengalaman memotivasi dirinya dari bayang- bayang si kakak.
Hasilnya, Simone sukses menyulap banyak pemain biasa- biasa saja menggapai top performanya. Dia sukses mengganti Ciro Immobile yang awal mulanya cuma striker rata- rata di Serie A jadi mesin pencetak berhasil beresiko.
Berkat polesan Simone, Immobile senantiasa sukses mencetak lebih dari 18 berhasil per masa. Apalagi, Immobile sukses jadi capocannoniere masa 2019/ 20. Permasalahan lain, dapat pula dilihat pada mercusuar Inter, Francesco Acerbi.
Dikala awal kali ditangani Simone Inzaghi pada 2018, umur Acerbi telah 31 tahun. Umur yang terkategori uzur. Tetapi siapa sangka, di umur seuzur itu, Acerbi masih sanggup menggapai top performanya. Sampai- sampai, Erling Haaland ngebet memohon bertukar pakaian. Kurang ngeri apa coba pemain ini?
Tidak cuma 2 pemain itu saja, di Inter, Simone sukses mengoptimalkan kemampuan Lautaro Martinez. Sepanjang 3 masa bersama Simone, kawan Lionel Messi ini senantiasa tidak berubah- ubah mencetak lebih dari 20 berhasil, torehan yang lebih dahulu tidak sempat ia capai.
Baik dari pemain yang umurnya masih muda semacam Federico Dimarco serta Alessandro Bastoni, sampai yang telah uzur semacam Matteo Darmian serta Henrikh Mkhitaryan. Mereka merupakan fakta keahlian Simone menyulap pemain biasa jadi salah satu yang terbaik di letaknya.
Taktik Simpel supaya Tidak Kehabisan Bola
Simone Inzaghi tiba ke Giuseppe Meazza mewarisi regu yang hadapi turbulensi sehabis ditinggal Antonio Conte. Turbulensi tidak cuma terjalin pada urusan mental, tetapi pula di tingkat taktikal.
Kepergian Mauro Icardi, Achraf Hakimi, Ivan Perisic, sampai Radja Nainggolan, lumayan buat membuat game Inter goyang. Diiringi dengan kepergian Christian Eriksen serta Romelu Lukaku, Simone betul- betul dituntut buat membangun ulang Inter dari kekacauan yang terjalin sejak Conte berangkat.
The Athletic mengatakan, masing- masing pertandingan, Inter cuma mempunyai rataan 11 dribble serta 2, 29 berhasil. Ini berbanding jauh dari klub lain semacam Bayer Leverkusen yang memiliki 21, 4 dribble serta 2, 56 berhasil per laga.
Simone cerdik dalam memetakan kekuatan yang dimilikinya.“ Jika tidak memiliki pemain yang jago menggiring bola, ya gak harus lah main dribble–dribble,” bisa jadi semacam itu yang terdapat di benak Simone. Oleh sebab itu, dia berani membajak Hakan Calhanoglu dari AC Milan.
Tidak cuma mendatangkan Hakan, buat menunjang taktik umpan cepatnya, Simone pula mendatangkan pemain- pemain yang sanggup menunjang skemanya. Seluruhnya demi skema simpel umpan kilat yang bisa meminimalisir hilangnya bola.
Walhasil, game umpan Inter jadi salah satu yang terbaik di Eropa dikala ini. Mereka mahir mengalirkan bola dari kaki ke kaki dengan sangat kilat. Sampai- sampai membuat lini balik lawannya kelabakan. Serta boom! Remuk telah gawang regu lawan.
Menuai Hasil serta Pujian
Kejeniusan Simone Inzaghi tersebut lama- lama demi lama- lama menuai hasilnya. Mulai dari menaklukkan Juventus di final Coppa Italia 2021/ 22 sampai pada puncaknya menghajar AC Milan guna mengunci gelar scudetto ke- 20 Inter, Simone Inzaghi menahbiskan dirinya selaku salah satu pelatih terbaik di Eropa.
Sepanjang 3 masa jadi pelatih La Beneamata, Simone sudah membagikan 6 trofi, ialah suatu scudetto, 2 Coppa Italia, serta 3 Supercoppa Italiana. Simone memanglah sangat produktif, tiap satu musimnya dia tidak berubah- ubah mendaratkan 2 buah trofi. Suatu yang berbanding terbalik dengan karir kepelatihan si kakak, Filippo Inzaghi.
Mantan rekannya di Lazio, Diego Simeone, pula menyanjung skema yang Simone gunakan. Dikala Atletico Madrid serta Inter berjumpa di 16 besar Champions League 2023/ 24, Diego merasa kesusahan buat menanggulangi serbuan serta pertahanan Inter. Anak asuh Simone kesimpulannya memforsir Atletico ke adu penalti. Sayang, Inter wajib kalah atas aksi ciamik Jan Oblak.
Tetapi, walaupun namanya telah diketahui di seantero Eropa, Simone Inzaghi sangat tidak sering namanya berhubungan dengan regu besar. Perihal ini sangat bertolak balik dengan rekan senegaranya yang lain semacam Thiago Motta serta Roberto De Zerbi. Tetapi satu perihal yang tentu, Simone Inzaghi ialah salah satu pelatih terbaik dikala ini.