Libya akan mengajukan banding sanksi Afcon terkait boikot Nigeria
3 min read
Libya akan mengajukan banding sanksi Afcon terkait boikot Nigeria – Federasi Sepak Bola Libya( LFF) hendak” mengambil langkah hukum paling tinggi” dikala berupaya membatalkan sanksi yang diberlakukan sehabis pertandingan kualifikasi Piala Negara- Negara Afrika 2025 melawan Nigeria dibatalkan.
Regu nasional Libya boikot pertandingan di Benghazi sehabis pesawat mereka dari Nigeria dialihkan dari tujuan yang sepatutnya serta skuat mereka terdampar di halte lapangan terbang semalaman.
Sebagian hari saat sebelum pertandingan, yang dijadwalkan pada bertepatan pada 15 Oktober, didominasi oleh perselisihan hebat antara kedua negeri.
Dewan disiplin Konfederasi Sepak Bola Afrika( Caf) setelah itu membagikan Nigeria kemenangan 3- 0 serta menjatuhkan denda$50, 000 pada LFF.
” Poin pertandingan tidak bisa diberikan dengan metode ini,” kata Presiden LFF yang melaksanakan tugas Abdunnaser Ahmed kepada BBC Sport Afrika.
” Ini ialah preseden yang belum sempat terjalin lebih dahulu dalam sepak bola Afrika.
” Siapapun yang menolak buat bermain saat sebelum pertandingan dibatalkan sepatutnya dikira selaku pecundang.”
Keputusan Caf meninggalkan Libya di ambang eliminasi dari babak kualifikasi, sebab Pasukan Mediterranean wajib memenangkan kedua pertandingan tersisa mereka di Tim D serta berharap lawan- lawan mereka, Benin serta Rwanda, kandas mengumpulkan poin.
Statment dari tubuh pengatur daratan tersebut melaporkan” seluruh mosi ataupun permohonan dorongan berikutnya ditolak”, tetapi Ahmed mengkonfirmasi kalau LFF hendak bawa permasalahan ini ke Majelis hukum Arbitrase Berolahraga( Cas) bila dibutuhkan.
” Kami percaya kalau tujuan kami merupakan benar,” tambahnya.
” Kami hendak memandang asumsi Caf terhadap banding yang kami ajukan serta kami hendak berangkat ke Cas.[Kami] tidak hendak menyerah atas hak kami.
” Keputusan semacam ini menempatkan pejabat sepak bola di Afrika dihadapan babak baru adegan dramatis.”
Kapten Nigeria William Troost- Ekong menggambarkan keputusan Dewan Caf selaku” keadilan”.
” Pesawat dialihkan dari lapangan terbang yang dijadwalkan apalagi kala pilot berikan ketahui mereka kalau bahan bakar telah habis,” tambah bek tengah itu dalam suatu artikel di X.
Suatu suasana sangat tidak menguntungkan
Nigeria berkata kalau tidak terdapat alibi yang diberikan buat pesawat mereka dikirim ke Angkatan laut(AL) Abraq, dekat 230km( 143 mil) dari Benghazi, serta mereka tidak ditemui oleh perwakilan LFF dikala kehadiran mereka pada 13 Oktober.
Para pemain memposting di media sosial kalau mereka ditinggalkan tanpa santapan, wi- fi ataupun tempat buat tidur, serta skuad Luar biasa Eagles kembali ke Afrika Barat satu hari saat sebelum pertandingan.
Sedangkan itu, Libya meringik kalau skuad mereka menerima perlakuan kurang baik di Nigeria menjelang pertandingan balik pada 11 Oktober, yang dimenangkan tuan rumah dengan skor 1- 0.
Caf turun tangan serta membatalkan pertandingan di Afrika Utara, serta suatu dewan disiplin memutuskan kalau Libya sudah melanggar 2 pasal dalam kode disiplinnya dan satu pasal dalam peraturan Piala Negara- Negara Afrika.
Pelanggaran tersebut terpaut dengan prinsip sikap, keamanan buat penyelenggaraan pertandingan, serta akomodasi regu tamu.
Dikala itu, Troost- Ekong menggambarkan perlakuan yang diterima Nigeria selaku” game benak”- tetapi LFF membantah suggestion kecurangan.
Ahmed berkata kalau Caf” tidak mengevaluasi suasana sesungguhnya.
” Rute pesawat diganti sebab alibi teknis serta logistik yang berkaitan dengan navigasi hawa,” tambahnya.
Menteri luar negara Nigeria Yusuf Tuggar berkata kepada Newsday di BBC World Service kalau situasinya” sangat tidak menguntungkan” serta rumit dengan kenyataan kalau Libya dibagi antara 2 pemerintahan yang keduanya mengklaim selaku penguasa legal negeri ini.
” Regu kami terbang ke bagian negeri yang terletak di dasar kendali pemerintahan yang tidak mempunyai perwakilan diplomatik di Abuja,” katanya.
Kemenangan walkover 3- 0 berarti Nigeria cuma satu kemenangan lagi dari menggapai Piala Negara- Negara 2025 di Maroko.