Liga Champions Musim Depan Terancam Tanpa Tim Spanyol?
4 min read
Liga Champions Musim Depan Terancam Tanpa Tim Spanyol? – Berita tidak nikmat tiba dari federasi sepakbola Spanyol, RFEF. Ancaman tersebut terjalin sebab kegaduhan yang lagi menyerang mereka tidak kunjung mereda serta menciptakan titik terangnya.
Hukuman yang dapat dijatuhkan juga tidak main- main, Spanyol dapat terancam kandas menggelar Piala Dunia 2030 serta klub- klub mereka terancam di- banned dari kompetisi Eropa. Jadi, tidak hendak terdapat lagi Real Madrid serta Barcelona di kompetisi antarklub terbaik sejagad raya. Lalu, apa yang sesungguhnya terjalin?
Seluruh Gara- gara Luis Rubiales
Seluruh kekacauan yang terjalin di badan RFEF terjalin gara- gara ulah presiden lama mereka, Luis Rubiales. Mantan Presiden RFEF itu berulah dengan mencium serta memeluk pemain Timnas Gadis Spanyol, Jenni Hermoso, pada dikala selebrasi kemenangan Timnas Gadis di ajang Piala Dunia Perempuan 2023 silam.
Tidak Kunjung Memiliki Presiden Baru
Kesimpulannya, tekanan secara hukum langsung diajukan oleh presiden Pusat Pelatihan Nasional Spanyol( CENAFE), Miguel Galan. Dia mengajukan tuntutan kepada Majelis hukum Besar Berolahraga( CSD) serta Majelis hukum Administrasi Berolahraga( TAD) buat mengeliminasi Pedro Rocha dari letaknya. Kesimpulannya, TAD menekan Rocha buat lekas berikan kepastian pada Januari 2024 kemudian.
Tidak hanya itu, Galan pula menekan majelis hukum buat menanggulangi pelanggaran- pelanggaran yang sudah Rocha jalani. Pelanggaran tersebut antara lain: tidak menjajaki statuta federasi buat mengadakan pemilu serta menerima pendapatan buat posisi presiden secara penuh, sementara itu jabatannya cuma pimpinan sedangkan.
Tidak cuma itu, para calon presiden lain pula mengeluhkan aksi Rocha mengulur- ulur waktu. Mereka menyebut Rocha tidak kunjung mengadakan pemilihan sebab dirinya mau berupaya menggaet sokongan terlebih dulu supaya dirinya pula dapat maju. Dengan Rocha maju, Rubiales dapat secara tidak langsung mempunyai pengaruh di RFEF buat waktu yang hendak tiba.
Tetapi, sebab kekisruhan yang tidak kunjung usai ini, pemerintah Spanyol kesimpulannya turun tangan. Nah, di titik ini sepatutnya Spanyol dihukum. Alasannya, terdapat campur tangan pemerintah atas federasi.
Sehabis nyaris 3 bulan diintervensi oleh pemerintah, FIFA serta UEFA turun tangan buat memforsir RFEF lekas mengadakan pemilihan presiden saat sebelum tahun berubah ke 2025. FIFA serta UEFA nampaknya telah jengah dengan apa yang terjalin di Spanyol. Sementara itu mereka secara tidak langsung berikan peluang pemerintah Spanyol buat membereskan kekacauan ini sepanjang 3 purnama.
Pada dini Oktober kemudian, FIFA serta UEFA mengadakan pertemuan dengan pihak pemerintah Spanyol. Isi tuntutannya jelas, RFEF wajib sedini bisa jadi mempunyai presiden baru. Plus, ultimatum menimpa hukuman apabila tuntutan itu tidak terpenuhi juga turut di informasikan. Saat ini, malah seantero pelakon sepak bola Spanyol yang jadi terancam.
CSD menerima tuntutan tersebut dengan bahagia hati. Terlebih, FIFA serta UEFA sendiri pula percaya kalau konflik ini hendak dapat lekas diatasi. Wujud Vicente del Bosque selaku kepala Komite Normalisasi RFEF berikan mereka optimisme kalau kegaduhan ini dapat lekas tuntas. Karena, RFEF dikira selaku salah satu federasi sepak bola yang berarti, baik di mata FIFA maupun UEFA.
Aksi tersebut jelas mengundang kemarahan dari bermacam pihak. Rubiales dituntut buat mundur. Apalagi 81 pemain gadis Spanyol, tercantum 23 pemain Timnas menandatangani janji kalau mereka tidak hendak bermain buat Timnas Spanyol bila Rubiales masih jadi presiden.
Permasalahan ini awal mulanya berjalan lumayan alot sebab Rubiales senantiasa saja memiliki alibi buat berkilah dari apa yang sudah dikerjakannya. Barulah kala FIFA turun tangan, Rubiales dapat ditaklukkan. Dia kesimpulannya mengundurkan diri dari jabatannya sehabis dirinya dijatuhi hukuman.
“ Sehabis skors yang dicoba oleh FIFA, ditambah aksi yang dikenakan terhadap aku, itu fakta kalau aku tidak lagi dapat kembali ke posisi aku,” ucap Rubiales dalam statment, dilansir dari BBC.
Sehabis Rubiales mengundurkan diri, permasalahan berikutnya juga berkembang. Pengunduran diri Rubiales ini sesungguhnya suatu yang tiba- tiba. RFEF belum siap buat mengadakan pemilihan presiden yang baru. Kesimpulannya, dibuatlah semacam komite sedangkan yang tujuan utamanya merupakan mempersiapkan pemilihan presiden baru. Walaupun secara sedangkan, komite ini pula yang hendak melaksanakan RFEF hingga presiden baru terpilih.
Komite yang didirikan September 2023 ini diketuai oleh Pedro Rocha, orang yang nyatanya diseleksi oleh Rubiales. Dengan menjabatnya Rocha, Rubiales betul dapat menjadikannya perantara buat mengendalikan Spanyol.
Walaupun cuma berprofesi selaku presiden sedangkan, Pedro Rocha masih dapat melaksanakan keputusan- keputusan berarti. Salah satunya merupakan memperpanjang kontrak Luis de la Fuente, yang nantinya nyatanya menciptakan suatu trofi buat La Furia Roja. Rocha pula turut jadi perwakilan Spanyol dalam pertemuan yang mangulas menimpa persiapan Piala Dunia 2030. Ajang yang rencananya hendak mengaitkan Spanyol dalam penyelenggaraannya.
Kewenangannya buat melaksanakan RFEF seolah membuat Pedro Rocha melupakan tugas aslinya, ialah mempersiapkan pemilihan presiden federasi baru. Dugaan kalau dirinya cumalah boneka Rubiales seolah terjawab dengan sendirinya. Walhasil, tekanan kembali tertuju pada RFEF. Publik sepak bola Spanyol menagih janji. Di titik ini, posisi Rocha selaku boneka jadi sama rentannya dengan si tuan, Luis Rubiales.
Ancaman Hukuman
Lalu, apabila tuntutan tersebut tidak terlaksana, apa hukuman yang hendak diterima oleh Spanyol? Hukuman yang sangat jelas merupakan pencabutan status tuan rumah Piala Dunia 2030. Spanyol selaku salah satu negeri yang telah diresmikan semenjak jauh- jauh hari hendak kehabisan haknya begitu saja.
Pencabutan status tuan rumah jelas jadi suatu kerugian tertentu buat RFEF ataupun Spanyol itu sendiri. Untuk RFEF, kegagalan ini dapat membuat mereka kehabisan peluang buat menggunakan kucuran dana dari FIFA guna persiapan serta revitalisasi fasilitas yang hendak dipakai buat Piala Dunia nanti.
Sedangkan untuk Spanyol, kegagalan ini hendak membuat mereka terancam kehabisan kemampuan pendapatan dari para wisatawan yang tiba buat berkunjung.
Di tingkat klub, Spanyol juga terancam kehabisan hak buat mengirimkan delegasinya buat bertarung di kompetisi Eropa. Jadi, Real Madrid serta Barcelona tidak hendak dapat lagi bermain di Champions League. Perihal ini pasti bencana untuk klub- klub Spanyol. Nilai tawar mereka buat menggaet pundi- pundi dari sponsor dapat merosot tajam.
Klub semacam Barcelona dapat menjerit keras bila hukuman ini terjalin. Mereka yang lagi berjuang mengumpulkan pundi- pundi duit dari Champions League, terancam kehabisan mata pencahariannya. Sementara itu duit revenue dari Champions League ialah salah satu pendapatan pertandingan yang terkategori besar.
Bila hukuman ini sesuatu dikala betul- betul peristiwa, kamu jangan heran apabila pada kesimpulannya terdapat kabar suatu klub bubar. Terlebih klub yang lagi dilanda bencana ekonomi semacam Blaugrana.