Malaysia Diejek Pemain Sendiri Saat Ngejar Timnas Indonesia
5 min read
Malaysia Diejek Pemain Sendiri Saat Ngejar Timnas Indonesia – Rumput orang sebelah hendak senantiasa lebih hijau” Apa yang terdapat di benak kamu bila mendengar kalimat tersebut? Walaupun ungkapan tersebut lebih banyak digunakan buat iktikad yang menuju pada seksualitas, tetapi jangan buru- buru berpikir negatif. Sebab kalimat itu dapat digunakan dalam terminologi sepakbola.
Contohnya, Malaysia yang saat ini mulai lirik- lirik rumput Indonesia yang kian hijau serta fresh. Mereka cemburu dengan pertumbuhan sepakbola Indonesia yang begitu signifikan di tangan Shin Tae- yong. Saking irinya, Harimau Malaya hingga merekrut pelatih yang bersama berasal dari Korea Selatan. Nahas, hasilnya nol besar.
Sehabis kandas dengan Kim Pan- gon, Malaysia menyusun rencana buat membetulkan mutu Timnas. Tetapi belum apa- apa mereka telah diremehkan oleh pemainnya sendiri. Benarkah demikian?
Serangkaian Kegagalan
Tahun 2024 barangkali jadi tahun terkelam untuk sepakbola Malaysia. Paling tidak, bila dibanding dengan negeri tetangganya, ialah Indonesia, Harimau Malaya begitu mengenaskan. Dari luar nampak sangar dengan bermodalkan pemain- pemain naturalisasi, tetapi kala beraksi serta mengaum, baru deh nampak kalau harimaunya lagi ompong.
Serangkaian kegagalan juga mulai dirasakan oleh Malaysia. Seluruh berawal pada dini tahun 2024 kala mereka tampak di Piala Asia. Terletak dalam satu tim dengan Korea Selatan, Yordania, serta Bahrain, Harimau Malaya jadi juru kunci Tim E.
Dari 3 pertandingan yang telah dilakoni, Safawi Rasid cs cuma mencapai satu poin dari hasil imbang melawan Korea Selatan. Hasil imbang melawan Korsel pasti tidak dapat dibanggakan, mengingat kala itu Son Heung- min serta kolega masih ditukangi oleh pelatih gaje, Jurgen Klinsmann.
Kesengsaraan Malaysia bersinambung ke Kualifikasi Piala Dunia 2026 ronde kedua. Terletak dalam tim yang sama dengan Kirgistan, Oman, serta Cina Taipei, Malaysia cuma finis di urutan ketiga. Sesungguhnya performa mereka tidak buruk- buruk amat. Pasukan Kim Pan- gon mencapai 3 kemenangan serta satu hasil imbang. Tetapi dengan torehan 10 poin, mereka kandas menyalip Kirgistan yang terletak di urutan kedua dengan 11 poin.
Aroma Barcelona di Malaysia
Bisa jadi kegagalan semacam itu telah jadi perihal yang lumrah untuk Timnas Malaysia. Wong mereka memanglah belum sempat menembus ronde ketiga Kualifikasi Piala Dunia. Tetapi sebab memandang Indonesia yang sukses melaju ke ronde ketiga sekalian jadi salah satunya wakil Asia Tenggara di ajang ini, Malaysia jadi naik palak.
Federasi sepakbola Malaysia kesimpulannya memutuskan buat tidak memperpanjang kerjasama dengan Kim Pan- gon. Mempekerjakan pelatih asal Korea Selatan nyatanya tidak menciptakan output yang sama bila diterapkan di sepakbola Malaysia. Federasi juga kesimpulannya menyusun proyek baru dengan mengandalkan para pelatih asal Spanyol.
Di regu utama, mereka mempekerjakan Pau Marti Vicente. Pelatih kelahiran Barcelona itu tidaklah wujud asing di badan Timnas Malaysia. Lebih dahulu, Pau Marti berprofesi selaku asisten pelatih di dalam staf kepelatihan Kim Pan- gon. Dengan mundurnya si pelatih utama, hingga Pau Marti naik jabatan selaku pelatih sedangkan. Saat sebelum jadi asisten pelatih Kim Pan- gon pada 2022, beberapa klub sempat memakai jasanya.
Sedangkan di umur muda, Malaysia telah lebih dahulu mempekerjakan Juan Torres Garrido. Sama halnya dengan Pau Marti, Garrido bukan wujud sembarangan di sepakbola Spanyol. Dirinya berpengalaman selaku analis pertandingan di CF Damm serta regu scouting di Barcelona dan Granada.
Bersamaan aroma Barcelona yang terus menjadi kental di Timnas Malaysia, timbul isu yang berkata kalau ini merupakan salah satu siasat FAM dalam menghasilkan pola game baru. Dikutip Superball, federasi mau Harimau Malaya mengusung skema tiki- taka di setelah itu hari.
Cari Pelatih Top Lain, Tapi…
Tetapi, sebab Pau Marti cuma berstatus pelatih interim, dirinya ditugaskan buat membangun pondasinya saja. Bila telah tercipta skema game tiki- taka di seluruh jenjang umur, hingga federasi sepakbola Malaysia hendak mencari pelatih baru kelas dunia yang sesuai buat melanjutkan proyek itu.
Bila tujuannya demikian, hingga pelatih yang diincar harusnya pula berasal dari Spanyol, ataupun minimun mengerti dengan skema sepakbola Spanyol. Tetapi yang tersebar di media malah agak menggelikan. Alih- alih pelatih asal Spanyol, Malaysia dirumorkan hendak lekas menunjuk Park Hang- seo selaku pelatih utama.
Tidak dapat dipungkiri, Park Hang- seo memanglah kenyang pengalaman di sepakbola Asia Tenggara. Pelatih ikonik ini pula pernah sebagian kali merepotkan Timnas Indonesia di bermacam ajang. Tidak hanya itu, Park pula sebagian kali menghasilkan sejarah bersama Timnas Vietnam.
Tetapi bila tujuan Malaysia buat berprestasi di Asia serta memakai skema tiki- taka, mempekerjakan Park Hang- seo merupakan keputusan yang kurang pas. Sebab Park ialah pemeluk sepakbola bertahan.
Tiru Gunakan Talenta Belanda
Soal modul pemain pula lagi diperbaiki oleh Federasi sepakbola Malaysia. Baru- baru ini, FAM diberitakan lagi menjaring bakat- bakat generasi yang berkarir di luar negara, spesialnya Eropa. Lucunya, mereka pula mencari pemain generasi di Belanda, sama semacam Indonesia.
Dikutip TVOne News, Timnas Malaysia hendak diperkuat oleh bek sayap kanan yang saat ini lagi menguatkan Go Ahead Eagles, Mats Deijl. Fyi aja nih, pemain berumur 27 tahun itu merupakan mantan rekan satu regu dari Ragnar Oratmangoen serta Jay Idzes. Ketiganya bersama berseragam Go Ahead pada masa 2021/ 22.
Presiden Federasi Sepak Bola Malaysia, Datuk Hamidin Mohd Amin mengatakan grupnya lagi mengurus proses naturalisasi pemain berdarah Belanda- Malaysia tersebut. Kabarnya, Deijl mempunyai generasi Malaysia dari si kakek. Tetapi, dengan terdapatnya kebijakan ini, fans Malaysia dituntut buat menjilat ludah mereka sendiri.
Sebab lebih dahulu fans Timnas Malaysia sering mengolok- olok Indonesia. Mereka merasa Indonesia cuma dapat mengandalkan talenta dari Belanda, bukan murni dari pribumi. Apalagi sebagian dari mereka tidak segan menyebut Skuad Garuda selaku“ Mini Belanda” sebab banyaknya pemain berdarah Belanda yang saat ini berseragam merah putih.
Potong Generasi
Di luar itu, yang tidak kalah buat penasaran merupakan kebijakan Federasi Sepakbola Malaysia yang memikirkan buat potong generasi, semacam yang dicoba Shin Tae- yong di tahun pertamanya menanggulangi Indonesia. Wacana ini timbul pasca kegagalan Malaysia di Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Dorongan terkuat buat melaksanakan revolusi regu nasional tiba dari fans. Mereka mau regu nasional cuma diisi pemain lokal saja. Alibi itu bukan tanpa karena. Sebagian besar fans Malaysia masih terjebak kejayaan masa kemudian dikala mereka sanggup mencapai Piala AFF tanpa pemain naturalisasi.
Diremehkan
Permintaan fans tersebut jelas bertolak balik dengan upaya- upaya yang lagi dicoba federasi. Bukannya kurangi slot pemain naturalisasi di regu nasional, FAM malah saat ini lagi menggenjot proses pencarian pemain generasi di Eropa. Masih banyaknya ketidakselarasan dalam proses pengembangan memunculkan banyak keraguan dari bermacam sisi.
Tidak terkecuali dari para punggawa regu nasional itu sendiri. Salah satu yang membagikan pemikiran berbeda pada upaya yang lagi dicoba oleh federasi merupakan Faisal Halim. Pemain sayap yang lagi menempuh pemulihan dari cedera bakar itu apalagi menyebut sebagian poin yang dicoba federasi percuma.
Selaku disclaimer, dirinya sama sekali tidak meragukan kapasitas Datuk Hamidin dalam mengelola sepakbola Malaysia. Tetapi soal desakan pencarian pelatih baru, dirinya memiliki komentar sendiri. Baginya, tidak hirau seberapa bagus seseorang pelatih, kesuksesan suatu regu pada kesimpulannya didetetapkan oleh mutu para pemainnya. Serta menaturalisasi pemain bukan salah satunya metode buat tingkatkan mutu pemain Timnas Malaysia.
Tidak hanya Faisal, eks Timnas Malaysia, Razman Roslan pula berpikir demikian. Baginya, siapa juga pelatihnya yang berarti soal mutu pemainnya itu sendiri. Bila mutu pemainnya medioker, Ruslan percaya skema tiki- taka yang bakal diterapkan tidak hendak berjalan dengan baik. Secara tidak langsung, Ruslan mengakui kalau SDM pemain Malaysia tidak lumayan baik buat mengolah skema game tiki- taka.