Milutinovic, Saya Siap Melatih di Piala Dunia 2026
5 min read
Milutinovic, Saya Siap Melatih di Piala Dunia 2026 – Bora Milutinovic sudah membenarkan tempatnya dalam sejarah Piala Dunia FIFA, sehabis mengetuai 5 regu nasional yang berbeda dalam 5 edisi berturut- turut: Meksiko, Kosta Rika, Amerika Serikat, Nigeria serta Cina.
Laki- laki berumur 79 tahun ini masih jauh dari kata pensiun. Milutinovic masih terus menekuni sepak bola dengan penuh semangat, dengan mendatangi bermacam turnamen internasional di segala dunia. Juru taktik asal Serbia ini tidak cuma identik dengan pengalaman, namun pula dengan petualangan yang tidak terhitung jumlahnya di bermacam negeri.
Dalam pembicaraan dengan FIFA, manajer yang sudah melanglang buana ini mengenang petualangannya di Piala Dunia serta berbagi rahasia kecintaannya pada game ini, sambil menegaskan kalau dia hendak memikirkan penunjukan lain buat mengetuai suatu regu ke Piala Dunia FIFA 26.
Sepak bola merupakan hasrat aku serta aku menjajaki sebanyak bisa jadi turnamen di bermacam tingkat, baik handal, pemula, ataupun jenis umur,” kata Milutinovic.
Apa yang langsung nampak merupakan kalau dia sangat terikat dengan sepak bola saat ini, sama semacam dikala dia masuk ke regu senior OFK Beograd pada umur 14 tahun, serta tidak bisa jadi menurutnya buat tidak mendalami sepak bola. Banyak perihal yang sudah terjalin semenjak tahun 1958, tetapi yang senantiasa sama merupakan kecintaan Milutinovic terhadap game ini.
Melatih telah terdapat dalam darah aku,” katanya.” Aku tidak hendak sempat paham kenapa orang- orang begitu terobsesi dengan umur, sebab aku menyadari kalau itu cumalah suatu angka. Aku senantiasa menyadari apa yang lagi terjalin di dunia sepak bola, jadi bila seorang mempunyai tujuan buat regu mereka, aku siap[tertawa].
Sehabis 40 tahun semenjak Piala Dunia pertamanya, edisi 2026 hendak jadi waktu yang pas buat mempertemukan kembali Milutinovic dengan kegiatan puncak game.” Hendak luar biasa buat berpartisipasi di Piala Dunia itu, sebab aku mempunyai kehormatan buat melatih di 5 edisi berturut- turut.
Salah satunya merupakan edisi 1994 di Amerika Serikat, yang, bersama Kanada serta Meksiko, bersiap- siap buat menggelar Piala Dunia lagi 32 tahun setelah itu. Banyak yang sudah berganti dalam ikatan negeri ini dengan sepak bola.
Hidup merupakan suatu takdir, kata Milutinovic. Aku mengambil alih regu nasional Amerika Serikat sehabis menempuh Piala Dunia yang berhasil di Italia, serta aku ingat mereka seluruh menyebutnya soccer, sedangkan aku memakai sebutan football. Stadion- stadion indah yang mereka miliki saat ini serta gairah mereka terhadap game menegaskan aku kalau aku merupakan seseorang perintis dikala itu.
Kami berlatih di halaman serta tidak banyak dikenal orang sehingga polisi memohon ciri pengenal kami. Itu merupakan pengalaman yang unik. Tidak terdapat liga[profesional]- para pemain sebagian besar merupakan pelajar yang lagi berhura- hura. Kekuatan para pemain Amerika serta pembelajaran mereka merupakan kuncinya, bersama dengan orang- orang yang bekerja dengan aku di situ.
Tantangan yang lain tercantum hambatan bahasa. Yang butuh dicatat merupakan kalau mantan presiden US Soccer, Alan Rothenberg, takut sebab pelatih baru ini tidak dapat berbahasa Inggris.
Kalau aku berupaya melaksanakan yang terbaik, misalnya mengalahkan Uruguay, serta kami memenangkan Gold Cup di kandang sendiri. Bersamaan berjalannya waktu, bahasa Inggris aku terus menjadi membaik, tetapi hasil yang kami raih tidak sebaik yang diharapkan. Pada pertemuan selanjutnya dengan Alan, aku memohon maaf, berkata kalau aku berupaya buat berdialog bahasa Inggris yang lebih baik, namun ia cuma mengatakan, Lupakan saja soal bahasa!
Serta perihal yang sama pula terjalin pada aku di Cina. Aku cuma ketahui sebagian kata dalam bahasa Mandarin, namun suasananya sangat mengasyikkan. Aku wajib berkata kalau aku masih mempunyai ikatan yang baik dengan orang- orang di Cina, semacam halnya dengan orang- orang di Amerika Serikat.
Saat ini telah nyaris 4 dekade semenjak Milutinovic awal kali melatih suatu regu di Piala Dunia, ialah kala dia melatih tuan rumah Meksiko di tahun 1986. Semacam yang dapat diprediksi, petualangan tersebut mempunyai banyak cerita unik.
Sehabis Piala Dunia 1982, aku berakhir di Meksiko, yang diberi hak jadi tuan rumah buat edisi 1986 sehabis[tuan rumah asli] Kolombia mengundurkan diri, kata Milutinovic. Tidak terdapat yang ingin mengambil pekerjaan itu sebab regu tampak kurang baik di Argentina 1978 serta apalagi tidak lolos kualifikasi pada 1982. Orang- orang terus menegaskan aku hendak perihal itu serta berkata kalau aku sangat beruntung dapat berangkat ke Piala Dunia tanpa bermain di babak kualifikasi. Aku hendak menanggapi kalau mereka salah besar, serta kalau aku betul- betul sukses meloloskan mereka tanpa butuh memainkan pertandingan apa juga.
Meksiko 86, yang terjalin cuma setahun sehabis negeri ini hadapi gempa bumi besar, menyatukan orang- orang buat suatu acara yang sebetulnya. Perihal yang sangat memuaskan untuk aku merupakan kalau sehabis kalah[di perempat final] dari Jerman[Barat] di Monterrey lewat adu penalti, publik memohon buat mengucapkan selamat tinggal kepada regu nasional di Azteca[Stadium] saat sebelum final antara Jerman[Barat] serta Argentina. Untuk aku, itu merupakan perihal yang sangat menggembirakan yang dapat dibayangkan. Negeri pula menganugerahi aku Order of the Aztec Eagle, suatu penghargaan paling tinggi.”
Saat ini tinggal di Qatar, Milutinovic mendatangi Piala Dunia 2022 serta mengenang turnamen tersebut dengan penuh kasih.
Organisasi yang sempurna, sarana serta kebaikan orang- orangnya, kata Milutinovic. Itu merupakan suatu acara. Qatar 2022 pula ialah suatu yang tidak terlupakan. Aku tidak aktif di lapangan, namun aku menjajaki segala turnamen, serta itu berjalan dengan sempurna.
Terdapat pula petualangan yang tidak terlupakan bersama Kosta Rika di Italia 1990, yang cuma terjalin pada menit- menit terakhir, tetapi senantiasa sukses dengan baik. Dikala Los Ticos lagi mempersiapkan diri buat Piala Dunia awal mereka, ia seketika mengalami dirinya terletak di pucuk pimpinan.
Mereka betul- betul menelepon aku 70 hari saat sebelum Piala Dunia di Italia, kata Milutinovic. Serta berkat hasil yang diraih Kosta Rika di situ, menggapai fase gugur, aku menemukan peluang buat melatih AS.”
Serta walaupun dia tidak bawa mereka ke Piala Dunia, masa- masa Milutinovic menanggulangi Irak masih mempunyai tempat spesial di hatinya. Ia melatih regu Asia di Piala Konfederasi FIFA 2009 di Afrika Selatan, di mana mereka mengalami tuan rumah, Spanyol serta Selandia Baru. Untuk Milutinovic, ini merupakan pengalaman luar biasa yang lain di sudut dunia yang berbeda.
Berdialog dengan pelatih yang bijaksana serta berpengalaman semacam Milutinovic, mustahil buat tidak bertanya kepadanya tentang kunci kesuksesannya, formula ampuh yang membuat gairah sepak bola senantiasa menyala di umurnya yang telah mendekati 80 tahun.
” Tiap kali aku mendatangi suatu lapangan sepak bola, aku teringat hendak masa kecil aku dikala bermain, serta itu membangkitkan emosi,” kata Milutinovic.” Bertahun- tahun sudah lalu, serta aku sudah berjumpa dengan banyak orang. Kala Kamu bergairah terhadap suatu, segalanya jadi lebih gampang. Aku masih bergairah, seperti itu sebabnya aku terus melaksanakan ekspedisi dari satu daratan ke daratan yang lain.”
Susah buat mengenali apakah masa depan Milutinovic hendak mengaitkan dirinya di bangku pelatih buat Piala Dunia FIFA 26, namun apa juga yang terjalin, dia tentu hendak menjajaki pertumbuhan turnamen yang mempunyai sejarah panjang serta penuh cerita ini.