Musim Degradasi, Kini Calon Juara! Vincent Kompany Ngeri Gini
4 min read
Musim Degradasi, Kini Calon Juara! Vincent Kompany Ngeri Gini – Sehabis melumat Dinamo Zagreb 9- 2 serta berpesta 5 berhasil tanpa balas di kandang Werder Bremen, performa Bayern Munchen langsung menarik atensi publik. Vincent Kompany selaku pelatih mereka jelas jadi wujud yang bertanggung jawab dari hasil- hasil impresif tersebut.
Kompany sendiri sesungguhnya lumayan diragukan dapat bawa Die Roten tampak luar biasa. Karena, orang ini pula yang bertanggung jawab atas terperosoknya Burnley ke jurang degradasi masa kemudian. Lalu, apa sesungguhnya yang telah Kompany jalani di Bayern Munchen?
Keberuntungan Masih Bersama Kompany
Biasanya kala kita meriah suatu kegagalan, kita wajib merangkak lagi, setapak demi setapak buat mencapai apa yang kita mau. Tetapi, perihal ini kayaknya tidak berlaku buat Vincent Kompany.
Bayangkan saja, sehabis porak- poranda bersama Burnley di Premier League, kok bisa- bisanya Kompany ditarik Bayern Munchen? Sementara itu regu ini bukan regu sembarangan. Mereka merupakan langganan juara Bundesliga, apalagi terkategori pula selaku regu elit Eropa. Di luar nalar bukan?
Tetapi namanya pula hidup, tidak dapat ditebak alurnya. Kompany dipinang Bayern Munchen. Walaupun jelas dia sejatinya bukan opsi utama. Hansi Flick telah berangkat ke Barcelona, ya telah Kompany juga tidak apa. Sebabnya? Ya tinggal bilang saja Bayern lagi mencari pelatih yang jago memahami bola. Suatu atribut yang Kompany memiliki.
Tidak cuma itu, Kompany pula beruntung bergabung bersama regu yang mempunyai wujud pemimpin yang sangat dihormati. Mengatur Manuel Neuer, Thomas Muller, serta Harry Kane rasanya lumayan untuk Kompany. Dengan mengatur ketiganya, Kompany tidak butuh sulit payah melaksanakan ini- itu supaya para pemain dapat percaya kepadanya. Tetapi, realitas kalau dirinya baru saja bawa Burnley degradasi jelas berikan suatu keraguan di hati.
Ditambah lagi, rumor kalau sebagian pemain pernah dikabarkan keluhan dengan metode bermain yang hendak Kompany terapkan. Aleksandar Pavlovic, Mathys Tel, serta Michael Olise diucap selaku pemain yang kurang sreg dengan strategi Kompany. Juga metode Kompany mengumumkan siapa- siapa yang hendak bertanding pula lumayan mengejutkan para pemain. Karena, Kompany diucap mengumumkan sebelas pertamanya melalui Whatsapp.
Tetapi, terlepas dari apapun isu yang tersebar, anak asuh Vincent Kompany malah tampak membara. Die Roten jadi mesin berhasil yang sangat produktif di tangan Kompany. Karena, Kompany ialah pelatih awal semenjak Guardiola yang dapat membuat Die Bayern menang di 3 laga awal mulanya. Sangat beruntung betul mantan kapten Timnas Belgia ini.
Ini Bayern, Bukan Burnley
Keberuntungan saja jelas tidak lumayan buat Kompany dapat bertahan di Allianz Arena. Semacam prinsip Coach Justin, mengharap berhasil jatuh dari langit haram hukumnya. Hingga, suatu regu wajib memiliki strategi serta metode yang jelas buat menciptakannya. Oleh sebab itu, suatu taktik diperlukan. Untungnya lagi, Vincent Kompany memiliki.
Dia telah sempat melatih, walaupun cuma sekelas Anderlecht serta Burnley. Tetapi jangan salah, malah dengan klub sekelas mereka Kompany kesimpulannya dapat bereksperimen. Dia dapat berupaya seluruh imajinasi taktiknya tanpa efek tekanan yang kokoh. Hasilnya? Kompany kesimpulannya dapat mematenkan taktik kemampuan bolanya. Tetapi bukan semata- mata memahami, tetapi pula dengan mendobrak lawan dengan agresivitas besar.
Taktik inilah yang Kompany gunakan di Bayern Munchen alias taktik yang sejatinya sama dengan yang dia gunakan masa kemudian. Tetapi tunggu dahulu, ini Bayern bukan Burnley! Mutu pemainnya jelas berbeda. Bayern yang ialah klub langganan juara tidak dapat dan merta disamakan dengan Burnley yang baru promosi dari kasta kedua.
Bagi Coaches’ Voice, di dasar tangan Kompany, Bayern Munchen dapat bermain dengan struktur 2- 3- 5 dikala memegang bola. Sangat kasar bukan? Tidak cuma itu, si kiper, Manuel Neuer juga terkadang diinstruksikan maju sejajar dengan 2 bek yang tersisa di balik. Sedangkan pemain lain, seluruhnya maju ke depan.
Mereka hendak mengisi tiap ruang di lini balik lawan. Para pemainnya yang lincah hendak masuk ke ruang- ruang kosong serta menikam si lawan.
Terlebih Kompany ditopang dengan para pemain di lini depan yang seram. Misalnya pasti saja Harry Kane. Di umurnya yang tiba kepala 3, performanya eks bomber Tottenham Hotspur itu masih mampu buat pemirsa geleng- geleng kepala.
Paling tidak sampai acara 5 berhasil di kandang Werder Bremen, kapten Timnas Inggris ini telah mencipta 10 berhasil cuma dalam 6 laga. Separuh dari berhasil tadi, dia mengadakan di ajang Bundesliga yang baru berjalan 4 laga. Tidak cuma itu, dalam 4 laga Bundesliga ini, 5 assist pula telah terbentuk atas nama dirinya. Komplit telah!
Tunggu Hingga Badai Luka Melanda
Tetapi, Vincent Kompany jangan buru- buru besar kepala. Kemahirannya mengelola sumber energi pemain belum terbukti. Seluruh pemain terbaiknya masih terletak di keadaan yang bugat. Hingga normal, taktiknya berjalan lembut serta cocok rencana. Tetapi bila badai luka mulai menyerang, di momen ini Kompany hendak diuji kemahirannya.
Luka merupakan salah satu aspek yang sangat krusial dalam kegagalan Bayern Munchen masa kemudian. Thomas Tuchel hingga kelimpungan mengalami cobaan ini. Terlebih di klub sebesar Bayern, tekanan buat terus tampak bagus merupakan suatu keniscayaan. Sedangkan, tampak bagus di kala badai luka menyerang ialah kemustahilan yang butuh dipatahkan.
Mereka seolah berikan isyarat: 60 menit buat pemain ini, 30 menit buat yang itu, 60 menit buat pemain itu pula, serta yang ini tidak dapat bermain sama sekali,” keluh Tuchel dikala mengalami badai luka masa kemudian, dilansir dari Bavarian Football Works.
Mengingat skuad yang ditanganinya dikala ini tidak berbeda jauh dengan yang Tuchel gunakan masa kemudian, Kompany wajib waspada. Dia wajib pintar membagi jatah bermain para pemainnya. Rotasi merupakan perihal yang harus buat dipikirkan.
Terlebih, apabila performa FC Hollywood bagus di seluruh ajang, tentu Kompany hendak mempunyai sederet jumlah laga yang wajib dimainkan. Karena, kompetisi semacam Champions League, saat ini memiliki jumlah laga yang lebih banyak. Apabila Die Roten tampak sampai laga final, paling tidak terdapat 15 laga yang wajib dijalani.
Saat ini, tinggal kita amati saja semacam apa konsistensi dari anak asuh Vincent Kompany. Apakah mereka sanggup melindungi keadaan serta sukses berprestasi? Ataupun malah terdampar sehingga kandas juara lagi?