Pemain-Pemain Aneh, Jagonya Cuma Pas Bela Timnas Doang
4 min read
Pemain-Pemain Aneh, Jagonya Cuma Pas Bela Timnas Doang – Bermain buat regu nasional ialah impian banyak pemain sepak bola. Oleh sebab itu, para pemain hendak berupaya tampak sebagus bisa jadi di tingkat klub supaya dapat terjaring ke dalam skuad regu nasional. Tanpa bermain bagus di klub, sehebat apapun mereka, peluang buat membela tanah airnya juga turut meredup.
Tetapi, perihal ini tidak berlaku buat sebagian pemain berikut ini. Mereka merupakan para pemain yang di klub biasa- biasa saja, tetapi dapat masuk timnas. Tidak semata- mata masuk timnas, tetapi penampilannya malah terkategori luar biasa. Lalu, siapa saja pemain yang hanya jago cocok membela timnas itu?
Peter Crouch– Inggris
Laki- laki cungkring bertinggi 201 centimeter ini mempunyai rataan berhasil yang lumayan bagus, ialah 22 berhasil dalam 42 pertandingan. Maksudnya, Crouch dapat mencetak suatu berhasil masing- masing 2 laga membela Timnas Inggris.
Sedangkan di tingkat klub, Crouch cumalah striker kelas rata- rata. Itu terjalin dikala dirinya masih membela Southampton masa 2004/ 05. Angka tersebut terkategori mengecewakan buat striker berlabel Timnas.
Tahun terbaiknya membela Timnas Inggris merupakan 2006. Pada tahun itu, Crouch dapat mencetak 11 berhasil dari 12 pertandingan. Catatan yang lumayan seram buat seseorang striker angin- anginan. Sayangnya, sepanjang membela Regu 3 Singa, Crouch tidak sekali juga berkesempatan mencium suatu trofi.
Fabio Grosso– Italia
Juara Piala Dunia 2006, Fabio Grosso dapat dimasukkan ke dalam jenis pemain yang jago di Timnas dibanding di klub. Perihal ini sesungguhnya tidak mengagetkan sebab 3 tahun lebih dahulu saja dia masih bermain di Serie C bersama Chieti FC. Tetapi, semenjak bermain reguler di Timnas Grosso malah jadi bek kiri yang tidak tergantikan.
Sayangnya, walaupun tampak tidak tergantikan bersama Gli Azzuri serta mengoleksi 48 caps, performanya di klub malah terseok- seok. Grosso cuma bermain reguler sepanjang tahun 2004 sampai 2006 dikala dirinya membela Palermo. Sisanya? Grosso angin- anginan di Inter, Lyon, sampai Juventus.
Joan Capdevila– Spanyol
Saat sebelum Vicente del Bosque mengambil alih sofa kepelatihan Spanyol, Joan Capdevila cumalah bek kiri rata- rata. Memanglah betul ia sempat dipanggil La Furia Roja saat sebelum kejayaan 2008, tetapi itu cuma numpang melalui saja. Capdevila cumalah pemain biasa yang bermain buat Deportivo La Coruna.
Tetapi, seluruh berganti di dasar tangan Vicente del Bosque. Capdevila yang kala itu telah berumur 30 tahun malah tampak bagus menjegal sayap kanan para lawannya. Impresifnya lagi, kegemilangannya ini masih bersinambung sampai Piala Dunia 2010.
Di Afrika Selatan, Capdevila bermain penuh selama turnamen. Walhasil, mereka cuma terbobol 2 kali di selama turnamen.
Keisuke Honda– Jepang
Dia ialah pemain andalan Jepang dalam 3 Piala Dunia serta sukses bawa Samurai Biru jadi juara Asia 2011. Dalam 98 laga bersama Jepang, Honda bertanggung jawab dalam 60 berhasil yang terbentuk. Dia sukses mencetak 37 berhasil serta 23 kali assist dia bagikan ke rekan setimnya.
Tetapi anehnya, di tingkat klub Honda cuma bermain bagus kala dia masih membela CSKA Moskow. Pemain yang diketahui dengan tendangan jarak jauh serta tendangan bebasnya yang akurat ini sukses mencetak 28 berhasil serta 29 assist dalam 127 laga bermain buat regu bunda kota Rusia. Sekalinya dicoba buat bermain di tingkat yang lebih besar, Honda malah loyo.
Pernah digadang- gadang hendak bersinar di Serie A, karir Honda di AC Milan malah tidak terdapat yang dapat dikenang. Skillnya dikala masih bermain di Moskow seolah luntur begitu saja. Walhasil, dikala kontraknya di San Siro habis, tidak terdapat klub Eropa yang ingin menggaetnya sehingga Honda wajib tersisih sampai Meksiko buat membela Pachuca.
Lukas Podolski– Jerman
Performa apiknya kala menggebrak sepak bola Jerman bersama FC Koln, tidak sempat dapat Lukas Podolski ulangi lagi dikala bergabung ke Bayern Munchen serta Arsenal. Poldi tiba ke Bundesliga pada masa 2003/ 04 sehabis promosi dari regu junior FC Koln. Di masa itu, walaupun cuma 10 kali bermain, Poldi malah dapat mencetak 10 berhasil. Walhasil, Rudi Voller selaku pelatih Die Mannschaft langsung menariknya ke regu senior.
Poldi tampak dalam 130 laga serta sukses mencetak 49 berhasil plus 31 assist. Torehan 49 berhasil ini juga buatnya terletak di posisi ketiga top scorer Jerman di balik Gerd Muller serta Miroslav Klosen. Untungnya, karir bagus Poldi di regu nasional dapat disempurnakan dengan suatu trofi Piala Dunia.
Eduardo Vargas– Chile
Permasalahan yang tidak kalah unik terjalin pada pemain Timnas Chile, Eduardo Vargas. Pemain yang sukses jadi top skor sekalian juara di Copa America 2015 serta 2016 ini mempunyai karir di regu nasional yang terbilang brilian. 43 berhasil dia mengadakan dalam 114 laga bersama Chile, apalagi di tahun 2011 ia diganjar predikat Footballer of the Year di Chile.
Tetapi, karirnya di klub malah amburadul. Vargas tidak sanggup menembus skuad Napoli semenjak dihadirkan pada Januari 2012. Tergesernya Vargas dari I Partenopei
buatnya jadi musafir buat dipinjamkan dari Gremio, Valencia, sampai Queens Park Rangers.
Miroslav Klose– Jerman
Mirip dengan Lukas Podolski, Miroslav Klose pula mempunyai karir biasa saja dikala tampak di klub. Bayern Munchen yang mendatangkannya dari Werder Bremen dengan harapan Klose dapat jadi mesin berhasil, wajib menelan kekecewaan. Klose angin- anginan. Optimal dirinya cuma dapat mencetak 10 berhasil di Bundesliga per masa. Kesimpulannya, dia juga terbuang ke Lazio di Serie A.
Tetapi beda cerita bila kita berdialog soal Klose di Timnas Jerman. Klose bertanggung jawab buat 100 berhasil selama dia bermain buat Die Mannschaft. Dia sukses mencetak 71 berhasil serta 29 assist. Apalagi, sampai Piala Dunia 2022, Klose masih jadi top skor Piala Dunia dengan 16 berhasil.