May 3, 2025

Artikelbola

Berita Bola Paling Update di Indonesia Terpopuler

Peraih 4 Gelar AFF Kini Merana, Ambruknya Timnas Singapura

4 min read

Peraih 4 Gelar AFF Kini Merana, Ambruknya Timnas Singapura – Nasib kurang baik semacam penyamun ulung yang senantiasa mengintai. Dia licik serta siap menjatuhkan kita dari mana saja tanpa ampun, tanpa kita dapat mengelak. Di dikala semacam itu, kita hendak remuk redam, terseok- seok bagai seseorang pesakitan di tengah mereka yang lagi bersinar. Jalur kita hendak lebih lelet kala yang lain melaju begitu kilat.

Apa yang diucap nasib kurang baik itu lagi memeluk erat Timnas Singapore. Salah satu raksasa di Asia Tenggara, peraih 4 gelar Piala AFF, dijatuhkan begitu saja oleh nasib kurang baik yang tengik. Status selaku peraih gelar Piala AFF paling banyak sehabis Thailand, sama sekali tidak dapat membantu Singapore.

Well, apa yang terjalin pada Timnas Singapore? Kenapa The Lions seakan ambruk cuma dalam waktu yang, kita tidak sempat menyangka, hendak sedini itu? Berikut ini kisahnya.

Kejayaan Timnas Singapura

Kandas di edisi awal Piala AFF, Singapore kemudian menampilkan tajinya di edisi kedua. Lolos buat awal kalinya ke final di edisi 1998, Singapore mengalahkan tuan rumah, Vietnam serta bawa kembali trofinya.

Sehabis juara di tahun 1998, Singapore lolos di 3 final yang lain: 2004, 2007, serta 2012. Singapore melibas 3 lawannya di 3 final tersebut. Indonesia dikalahkan di 2004, serta Thailand digiling 2 kali di tahun 2007 serta 2012.

Besarnya legasi yang diciptakan Avramovic, The Lions seolah susah meloloskan diri dari bayang- bayangnya dikala dia angkat kaki..

Tidak Lagi Menjuarai Piala AFF

Gonta- ganti pelatih dicoba, tetapi tidak terdapat yang dapat menyerupai prestasi Avramovic. Sehabis Piala AFF 2012, Singapore tidak lagi jadi juara.

Tidak hanya di tingkat senior, di tingkat kelompok usia, Singapore pula kehabisan raungannya. Dari tahun 2013, tidak terdapat lagi medali SEA Permainan yang didapat Singapore.

Ranking yang Merosot

Di tingkat sangat bawah saja bonyok, terlebih yang lebih besar. Singapore tidak sempat lolos ke Piala Asia semenjak 1984. Jadi, kala Singapore tidak lagi gemilang di AFF, tidak mengejutkan apabila mereka kehilangan tenaga di kualifikasi Piala Asia.

Di Piala Dunia, Singapore masih jadi depot berhasil tim- tim yang lain. Asia. Singapore betul- betul kehilangan tenaga buat naik ke taraf yang lebih besar. Di putaran kedua tersebut, The Lions cuma mencapai satu poin. Hasil menahan imbang Cina dengan sulit payah.

Singapore juga dituntut menerima realitas kalau ranking mereka di FIFA lambat- laun merosot. Dari posisi 149 di tahun 2015, mereka turun ke peringkat 173 pada 2018, jadi ranking terendah semenjak bergabung ke FIFA. Ranking mereka pernah naik ke 157 di akhir tahun 2019. Tetapi anjlok lagi di akhir tahun selanjutnya ke 158.

Saat ini, per 19 September 2024, Singapore masih terletak di peringkat 161. Lebih rendah dari Indonesia serta Malaysia.

Singapore Kini

Kita merambah Bulan Oktober 2024. Terdapat sela waktu internasional. Regu nasional dari nyaris segala penjuru dunia mencari lawan supaya dapat mengeruk poin FIFA sebanyak- banyak. Tetapi, alih- alih bertanding dengan sesama negeri, Singapore malah menggelar uji tanding dengan klub lokal serta klub dari luar negara.

Mirisnya lagi, bukan hasil positif yang didapat melainkan kebalikannya. Kekalahan itu kian menegaskan ketidakberdayaan Timnas Singapore. Apa yang terjalin pada The Lions ini, tidak pelak salah satunya disebabkan oleh mandeknya proyek naturalisasi.

Proyek Naturalisasi Mandek

Di belahan Asia Tenggara lain, program naturalisasi dikira mematikan talenta lokal. Kesuksesan mencapai 4 gelar Piala AFF pula sedikit banyak berkat proyek ini. Di tahun 2004 misalnya. Singapore diperkuat 3 pemain naturalisasi.

Terdapat pula Itimi Dickson serta Agu Casmir di angkatan selanjutnya. Apalagi di edisi 2012, Singapore belum menyudahi menaturalisasi pemain. Timbul Aleksandar Duric. Barulah sehabis itu proyek naturalisasi menyudahi.

Singapore memanglah masih mengenakan pemain naturalisasi, semacam Mustafic di 2016. Tetapi, umur senja buatnya tidak lagi berdaya. Tahun 2017, kala Federasi Sepak Bola Singapore ataupun FAS dipandu Lim Kia Tong, naturalisasi kian tidak sering dicoba, bersamaan izin memperoleh paspor ataupun hak kewarganegaraan Singapore untuk masyarakat asing dipersulit.

Konflik FAS serta Pemerintah

Sulitnya mendapatkan paspor Singapore nyatanya menghasilkan buih- buih permasalahan antara FAS serta pemerintah Singapore. Ikatan keduanya juga tidak erat. FAS dituntut tunduk oleh pemerintah. Tetapi, kala prestasi timnasnya jeblok, pemerintah dapat lepas tangan, serta segala dampratan menuju ke FAS.

Salah satu contoh permasalahannya mengenai Ben Davis. Si pemain sempat diangkut Fulham dari Singapura Sports School. Impian bermain di Liga Inggris terbuka. Tetapi, pemerintah Singapore membatasi kepergian Davis ke Inggris. Departemen Pertahanan Singapore tidak mengizinkan Davis berangkat ke Inggris sebab wajib menempuh harus militer.

Demikian yang ditulis Pandit Football. Sebab mempunyai 3 paspor: Singapore, Thailand, serta Inggris, Davis juga kesimpulannya meninggalkan Timnas Singapore yang telah dibelanya semenjak U- 16, kemudian pindah ke Thailand serta berangkat ke Inggris. Perihal seragam pula dirasakan penggawa Lion City Tailors, Adam Suwandi. Dia dituntut melupakan tawaran FC Metz demi harus militer.

Pembinaan Gagal

Ketatnya ketentuan harus militer ini membebani FAS. Dia semacam batu besar yang membatasi kesuksesan pembinaan umur muda. Mengingat sesungguhnya pembinaan umur muda Singapore salah satu yang terbaik di Asia Tenggara. Singapore sempat jadi tempat yang kerap didatangi para pemandu bakat dari Eropa.

Salah satu wujud pembinaan yang dicoba merupakan membentuk regu Young Lions yang isinya pemain lokal di dasar umur 23 tahun. Regu ini berkompetisi di Liga Utama Singapore. Sayangnya, pembinaan mandek hingga di situ. Kala negeri sesama ASEAN semacam Malaysia, Thailand, serta Indonesia mengorbitkan pemainnya ke luar negara, Singapore tidak.

Ganjalannya merupakan ketentuan harus militer. Perihal itu diperparah dengan hawa liga yang tidak kondusif sehingga tidak menjanjikan menit bermain. Semenjak dahulu, Liga Singapore memanglah hening pemirsa. Apalagi oleh orang Singapore itu sendiri. Studi terkini dari Yahoo Singapura Football Study tahun 2023, sebanyak 65% masyarakat Singapore tidak menunjang klub lokal ataupun regu nasionalnya.

Faktornya banyak. Salah satunya sebab Liga Singapore dipahami regu satelit dari Jepang, semacam Albirex Niigata. Kejayaan Timnas Singapore era dahulu pula pelan- pelan dibiarkan oleh warga Singapore. Sepak bola ataupun apalagi berolahraga secara totalitas, bukan lagi fokus Singapore. Konsentrasi mereka bergeser ke dunia akademik serta saintifik.

Kita juga memandang Singapore maju sebab itu. Sedangkan jika melihat sepak bolanya, seakan menyudahi di tempat. Sebab yang primer akademik, sepak bola tidak membuat kanak- kanak muda tertarik. Ujungnya, mencari generasi baru jadi perkara pelik.

Amati saja, Young Lions yang isinya pemain muda Singapore babak belur. di Liga Primer Singapore. Begitu pula timnas umur mudanya. Bernard Tan yang ditunjuk selaku presiden FAS semenjak 2023 pula belum sanggup berikan akibat.

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.