July 19, 2025

Artikelbola

Berita Bola Paling Update di Indonesia Terpopuler

Rodri Ajak Pemain Lain Mogok Kerja, Ada Apa Sebenarnya

4 min read

Rodri Ajak Pemain Lain Mogok Kerja, Ada Apa Sebenarnya? Pemain Manchester City, Rodri, menghasilkan suatu pendapat menarik menimpa mungkin aksi mogok kerja yang bisa jadi dicoba oleh para pemain bola.

Ini telah jadi suatu yang universal. Bila kalian bertanya kepada pemain lain, mereka hendak menanggapi dengan perihal yang senada. Sebab, ini bukan keresahan Rodri ataupun siapa juga,” ucapnya dilansir dari ESPN. Memangnya, apa yang terjalin sehingga gelandang La Furia Roja ini hingga menghasilkan pendapat semacam itu?

Waktu Bermain yang Kian Tidak Manusiawi

Pemain Barcelona yang dikala itu berumur 18 tahun diperbudak habis- habisan dalam bermain bola. Kebayang kan capeknya semacam apa? Terlebih dikala itu umurnya baru 18 tahun, kalo di Indonesia baru bisa KTP.

Nah, kasus- kasus semacam Pedri inilah yang mendesak Rodri blak- blakan pada konferensi pers jelang laga Manchester City melawan Inter, 18 September 2024. Rodri telah muak dengan agenda pertandingan yang kian tidak manusiawi. Hingga normal bila dia hingga berani berujar kalau serikat pemain sepak bola dapat saja melaksanakan aksi mogok bermain selaku wujud keluhan.

Rodri sendiri memanglah tidak berlaga seekstrim yang sempat Pedri natural pada 2021/ 22, metronom The Sky Blue ini bermain sebanyak 63 kali sampai final Piala Eropa 2024 bulan Juli kemudian. Tetapi, pemahaman kalau kondisi semacam ini tidaklah keadaan yang sehat serta manusiawi, ditambah dengan jumlah korban yang pastinya tidak hanya satu- dua pemain, membuat Rodri sangat pede dengan apa yang dia ucapkan.

“ Aku tidak memiliki angka tentu. Tetapi bersumber pada pengalaman, apakah aku dapat menyebut 60- 70 laga? Tidak. Antara 40- 50 ialah jumlah laga seseorang pemain dapat tampak optimal. Selebihnya, kalian hendak menyusut sebab tidak hendak bisa jadi melindungi keadaan raga buat itu,” ucap Rodri terpaut banyaknya laga yang sempurna dalam semusim, via ESPN.

Sekali lagi, pendapat Rodri tersebut tidak salah. FIFPro selaku serikat pesepakbola global, sesungguhnya sudah memastikan batasan pertandingan yang sempurna buat seseorang pemain. Batasan sempurna yang FIFPro tetapkan merupakan 55 laga per masa serta ini sejalan dengan apa yang Rodri ucapkan.

Seluruh kekacauan ini terjalin sebab pemangku kepentingan, dalam perihal ini FIFA serta UEFA, tidak sempat mendengar aspirasi para pemain selaku pelakon. Para pemangku kepentingan cuma hirau dengan duit, duit, serta duit sehingga melaksanakan bermacam metode buat perbanyak laga. Belum lagi bila klub wajib melaksanakan laga- laga tidak berarti berkedok aktivasi marketing. Duh, tentu ingin copot aja rasanya itu kaki.

Dari Carlo Ancelotti sampai Russell Martin, mereka seluruh resah dengan keadaan semacam ini. Don Carlo apalagi berikan libur bonus guna pemainnya dapat istirahat. Itu juga masih saja membuat para pemainnya terkena luka.

Russell Martin yang notabene cuma pelatih regu menengah ke dasar pula turut merasakan akibat dari banyaknya pertandingan ini. Pelatih Southampton tersebut memperingatkan pemangku kebijakan buat berjaga- jaga dalam membuat agenda. Karena, ini hendak secara langsung pengaruhi mutu game.

Mereka memiliki serikat pemain yang sangat powerful bernama Professional Football Association( PFA), nama yang sepatutnya tidak sangat asing di kuping penikmat sepak bola.

Apakah Aksi Pemogokan Sempat Terjalin dalam Sepak Bola?

Lalu, bisa jadi hendak timbul persoalan, apakah aksi- aksi semacam ini sempat terjalin lebih dahulu? Jawabannya, sempat. Apalagi tidak cuma di bidang sepak bola saja, tetapi pernah terjalin pula di cabang berolahraga yang lain.

Pada ajang Premier League masa 2001/ 02, perihal semacam ini sempat terjalin.Premier League mau kurangi jumlah duit hak siar Televisi yang hendak diberikan ke PFA dari 5% jadi 2%.

Gampangnya, Premier League mau duit yang awal mulanya masuk ke PFA buat kemaslahatan banyak pemain, masuk ke kantongnya sendiri. Butuh dikenal, PFA ini mempunyai anggota sampai 5000 orang yang mencakup nyaris segala pemain yang terdapat di Inggris. Dari duit itu, PFA dapat hidup serta menolong para pemain yang lagi hadapi kesusahan.

Dikala itu, bertepatan pada pemogokan juga telah didetetapkan, ialah 1 Desember 2001. Sir Alex Ferguson juga menunjang aksi ini, tidak terkecuali Roy Keane, Gary Neville, serta Ryan Giggs. Tetapi, sehabis perundingan yang nyaris memakan waktu 8 jam di Manchester, aksi ini dibatalkan. Premier League kesimpulannya penuhi tuntutan serikat pemain, walaupun tidak seluruhnya dikabulkan.

Lebih kuno, pada tahun 1960, PFA pula pernah melaksanakan aksi yang seragam. Jimmy Hill selaku pimpinan PFA menuntut FA selaku federasi sepak bola Inggris buat menghapuskan batasan pendapatan 20 pounds( Rp 403 ribu) per minggu. Pendapatan tersebut dinilai tidak manusiawi buat dimensi Inggris dikala itu. Kesimpulannya, tuntutan ini baru dikabulkan pada tahun 1961 sehabis ancaman mogok bermain disuarakan.

Apakah Aksi Semacam Ini Bisa jadi buat Dicoba?

Kemudian, apakah aksi semacam yang Rodri ujarkan tadi bisa jadi terjalin di masa saat ini? Sangat bisa jadi. Karena, contoh permasalahan serta pihak yang merasakan keresahan ini sangat lah banyak. Bisa jadi tidak hanya pengaruhi waktu kerja pemain bola, tetapi pula hal- hal yang berkaitan di sekitarnya, semacam media serta seluruh yang terpaut dengan siaran sepak bola.

Lalu, apabila peristiwa, kira- kira kompetisi apa yang sangat bisa jadi buat diboikot oleh para pemain? Jawaban yang sangat masuk ide merupakan kompetisi- kompetisi hiburan yang tidak butuh, misalnya Piala Dunia Antarklub dengan format baru. Kompetisi buatan FIFA ini telah tidak begitu prestisius, kok malah terbuat kian panjang.

PFA serta Union Nationale des Footballeurs Professionnels( UNFP) selaku serikat pesepakbola Prancis sesungguhnya telah mengajukan langkah hukum buat menuntut FIFA terpaut terus menjadi panjangnya agenda pertandingan sepak bola. Laporan yang diajukan ke Majelis hukum Perdagangan Brussels pada bulan Juni 2024 kemudian itu kayaknya hendak diproses ke Mahkamah Hukum Uni Eropa tahun depan.

Apabila langkah hukum semacam ini masih tidak mempan buat membuat para pemangku kebijakan sadar, aksi mogok bermain yang hendak dicoba cuma berjarak setipis tisu dari realitas. Jadi, kamu jangan heran bila di masa yang hendak tiba ada kabar sesuatu klub menolak bertanding sebab agenda kompetisi yang kian tidak manusiawi.

Serta bila tuntutan para pemain ini dikabulkan, bukan tidak bisa jadi pula kita hendak memperoleh kembali format- format kompetisi lama yang telah diganti. Misalnya, Piala Dunia hendak kembali berisi 32 negeri serta Champions League tidak lagi mengenakan format liga.

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.